Politikus Golkar: Soeharto Sangat Pantas Sandang Gelar Pahlawan Nasional
Selama periode pemerintahan Soeharto, kata Bobby, adalah fase pembangunan modern Indonesia dan menjadi macan Asia.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus Golkar Bobby Adhitya Rizaldi menilai presiden kedua RI Soeharto pantas mendapatkan gelar pahlawan nasional.
"Sepakat. HM Soeharto sangat pantas mendapatkan gelar pahlawan nasional," ujar anggota Komisi I DPR RI ini kepada Tribunnews.com, Senin (9/11/2015).
Selama periode pemerintahan Soeharto, kata Bobby, adalah fase pembangunan modern Indonesia dan menjadi macan Asia.
Belum lagi, imbuhnya, pencapaian-pencapaian seperti swasembada pangan dan program transmigran dan lainnya.
Dikatakan, pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto akan selalu diperdebatkan.
Khususnya dihubungkan dengan Ketetapan Majelis Permusyawarah Rakyat (TAP-MPR) No XI/MPR/1998 tentang Penyelanggara Negara yang bersih dan bebas KKN -- yang di dalamnya juga berisi pengusutan pada Soeharto dan kroninya.
Bobby tidak sepakat hanya karena itu, pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto tidak dilakukan oleh Negara.
Menurut pendapat Bobby, TAP MPR itu bisa ditinjau lagi sesuai dengan Nomor 1/MPR/2003 tentang Peninjauan Kembali Materi dan Status Hukum TAP MPR Tahun 1960 sampai 2002.
"Ini memerlukan kearifan sebuah bangsa yang bila ingin besar, untuk dapat maju ke depan dan membuat sebuah sejarah sebagai modal perjuangan nasional," ujarnya.
Gus Dur Wali ke-10
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli sangat mendukung upaya pemerintah untuk memberikan gelar kepada Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai pahlawan nasional.
Rizal pun lantas bercerita jikadirinya baru saja menziarahi makam Gus Dur, di Pondok Pesantren Tebuireng.
(Baca juga PBNU: Gus Dur Sebenarnya Tak Butuh Diberi Gelar Pahlawan)
Menurut Rizal, hidup sederhana Gus Dur yang turut tercermin melalui tempat peristirahatannya itu, harus dijadikan suri tauladan bagi anak bangsa.
Sebab kata Rizal, biasanya tokoh-tokoh besar, cenderung memiliki makam yang megah dan monumental.
"Tapi Gus Dur setia pada hidup sederhananya. Hati dan sifatnya bersahaja. Tidak mau megah dan monumental. Tapi terbukti sampai hari ini Gus Dur tetap di hati orang Indonesia, tiap hari orang ribuan datang berziarah. Jadi idola terutama golongan menengah ke bawah," kata Rizal.
Bahkan atas semua prestasi yang diberikan kepada bangsa Indonesia serta tingkat ilmu agama dan kesederhanaan hidupnya, ditegaskan Rizal, Gus Dur pantas menyandang gelar wali yang ke-10 di Indonesia.
"Semua menghormati Gus Dur bukan dari kemegahannya. Tapi pikiran dan cita-cita Gus Dur. Menurut saya, dia itu wali yang ke-10," kata Rizal.