Teror Prancis Jadi 'Friday The 13th' Model Baru
Serangan teroris di Paris terjadi pada Jumat 13 November waktu setempat.
Penulis: Yulis Sulistyawan
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Serangan teroris di Paris terjadi pada Jumat 13 November waktu setempat. Serangan ini memberi makna baru legenda Friday The 13th.
“Kelompok penyerang jelas memilih tanggal simbolis yang mudah diingat dan bermakna,” ujar peneliti terorisme Ridlwan Habib di Jakarta, Sabtu (14/11/2015).
Legenda Friday the 13th atau lebih dikenal dengan Jumat hitam atau Black Friday. Dalam legenda barat, Jumat tanggal 13 adalah hari kemalangan dan penuh tragedi.
Menurut Ridlwan, teroris ingin menyindir barat dengan serangan kejam yang terkoordinasi itu.
“Serangan ini bisa dikatakan sebagai serangan terburuk setelah serangan 911,” ujar alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen UI itu.
Ridlwan menyebut pelaku adalah profesional dan terlatih. “Mereka menggunakan momentum pertandingan sepak bola dan konser musik. Dua even yang pasti menimbulkan kepanikan massal,” katanya.
Dari hasil social media intelligence analysis, didapatkan fakta dan kesaksian bahwa pelakunya menembak dan membunuh dengan tenang.
“Kelompok ini pasti secara ideologi sangat mantap, mereka orang orang yang berani mati, bukan amatir,” katanya.
Koordinator Indonesia Intelligence Institute ini meyakini salah satu motif serangan adalah agar KTT G20 di Turki dibatalkan. “Jika itu terjadi, dunia internasional kalah oleh terorisme,” katanya.
Beberapa kepala negara sudah menyatakan tetap hadir ke Antalya Turki walaupun ada serangan Paris. Ridlwan menyarankan presiden Jokowi tetap hadir dalam KTT G20 .
“Kehadiran Pak Jokowi penting sebagai simbol Indonesia sebagai negara muslim moderat dan damai,“ katanya.