JK: Kenapa Cadangan Devisa Kita Cuma 100 Miliar Dollar AS ?
kenapa cadangan devisa kita cuma 100 miliar dolar ? masa kita kalah dengan Malaysia dan Thailand
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama puluhan tahun Indonesia telah mengekspor barang berharga seperti sawit dan batu bara.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan yang didapat negara tidak sebanding dengan barang-barang yang dikirim, terbukti dari besaran cadangan devisa saat ini.
"Tapi kenapa cadangan devisa kita cuma 100 miliar dolar ? masa kita kalah dengan Malaysia dan Thailand," kata Jusuf Kalla dalam sambutannya di acara "Indonesia Economic Outlook 2016" di hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa, (1/12/2015).
Jusuf Kalla menyebut selama ini ekspor telah disalah artikan.
Seharusnya uang yang masuk ke Indonesia sebandig dengam barang yang keluar.
Namun kenyataannya uang hasil ekspor tidak disimpan di dalam negri, sehingga tidak bisa dimanfaatkan untuk pembangunan.
Sebagian besar uang tersebut, disimpan di Singapura.
"Kita tidak ingin bahwa pengelolaan sumber daya alam Indonesia yang menikmati Singapura. Kita lihat batubara, uangnya di Singapura. Hampir semua yang punya kebun ternyata memindahkan kantor pusatnya di Singapura," ungkapnya.
Pemerintah akhirnya mengambil kebijakan agar para pemilik uang tersebut mau memindahkan uangnya ke Indonesia.
Hal itu dilakukan melalui ketentuan baru pada mekanisme ekspor, serta kebijakan pengampunan pajak.
"Ini kan ketidakadilan yang terjadi yang kita tidak ingin lagi capai itu. Bahwa kemudian nanti menganggap akan ada masalah, biar saja, lebih baik ekspor menurun daripada uang tidak ada. Pilih mana?" ujar Jusuf Kalla.
Dengan kebijakan tersebut, Indonesia tidak perlu mengadopsi kebijakan Venezuela terkait nasionalisasi.
Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, pemerintah perlu mendorong jiwa nasionalisme dari para pengusaha.
"Kita juga tidak perlu mempunyai kebijakan seperti Venezuela, tidak seperti itu, cuma satu saja, uang nasional, bayarkan di nasional, simpan di nasional, nasionalisme saja yang kita inginkan," kata JK.