Kisah Perjuangan Rizal Ramli, Anak Yatim Piatu yang Sukses Jadi Menteri
Enam bulan pertama kuliah memaksa Rizal harus mengumpulkan dana yang cukup untuk bisa membayar biaya kuliah.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekitar pukul 16.00 WIB, mobil dinas pelat nomor RI 18 bersama rombongan kendaraan lainnya, berhenti di depan kantor Tribun, Jalan Palmerah Selatan No 14.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli pun turun dari mobil dan berjabat tangan dengan General Manager Tribun Network Febby Mahendra Putra dan Pemimpin Redaksi Tribunnews.com Dahlan Dahi.
Setelah bersalaman, Rizal yang ditemani delapan rekannya segera naik ke lantai dua tempat redaksi Tribunnews.com.
Di sana, menteri yang dilantik pada 12 Agustus 2015 lalu, melangkahkan kakinya ke arah kiri ruangan dari tangga, melihat para editor Tribun bekerja.
Kedatangan Rizal ke markas Tribun bukan untuk pertama kalinya. Sebelum masuk ke dalam kabinet kerja, Rizal pun sudah pernah terlebih dahulu menyambangi kantor Tribun di gedung lama di Jalan Palmerah Selatan No 3.
"Sekarang gedung Tribun semakin bagus," ungkap Rizal.
Usai melihat para editor, Rizal bersama rombongannya dipersilakan masuk ke dalam ruang rapat yang berada di sebelah kanan usai menaiki tangga.
Di sana Rizal duduk berhadap-hadapan dengan rekan dari Tribun.
Dalam diskusi bersama ini, Rizal yang sangat terkenal dengan "Rajawali Ngepret" pun berkisah mengenai kisah hidupnya yang sejak kecil sudah yatim piatu.
"Dari kecil saya sudah anak yatim piatu. Usia 6 tahun, ndak punya bapak ibu. Sedih. Setiap kali Lebaran tidak punya baju baru," kenang Rizal akan masa kecilnya.
Tapi, kepahitan, kesedihan dan penderitaan masa kecil itu diubah Rizal menjadi satu tantangan yang kini bisa menghantarkannya duduk sebagai Menteri Koordinator bidang kemaritiman dan pada masa Presiden Gus Dur diberi kepercayaan menjadi Menteri Koordinator Bidang Ekonomi.
"Saya mau buktikan anak yatim piatu bisa jadi orang," demikian tekadnya saat itu.
Kisah itu pun berlanjut. Saat dirinya diterima masuk ITB, Rizal tak mampu membayar biaya kuliah.
Tapi tak langsung membuat Rizal mundur dan putus asa, menyerah dengan keadaan serta tak melanjutkan pendidikannya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.