Pimpinan Gafatar Ahmad Mushadeq Mengaku sebagai Juru Selamat kepada Bibit
Yang tak pernah dilupakan Bibit adalah momen saat bertemu dengan pimpinan tertinggi Gafatar yakni Ahmad Mushadeq.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Baju seragam Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) berwarna hitam-oranye, hingga kini masih tersimpan rapi di rumah Bibit Samad Rianto.
Majalah dan buletin Gafatar yang rutin diterima selama tiga tahun menjadi Ketua Dewan Pembina Gafatar, juga masih disimpannya.
Yang tak pernah dilupakan Bibit adalah momen saat bertemu dengan pimpinan tertinggi Gafatar yakni Ahmad Mushadeq.
Kepada Bibit, Mushadeq menyebut dirinya Messiah atau Juru Selamat. Mushadeq juga mengklaim mendapat wahyu dari Allah untuk disebarluaskan ke masyarakat.
Namun Mushadeq tak mewajibkan anggotanya salat lantaran belum menerima wahyu untuk melakukan salat.
"Dari DPP Gafatar dan Mushadeq sendiri, aku dengar bahwa Mushadeq itu seperti sedang menjalani tahapan seperti Nabi Muhammad SAW, yaitu dapat wangsit (wahyu)," tegas Bibit Samad Riyanto kepada Tribunnews saat ditemui di salah satu kantor di kawasan Jl Jend Sudirman, Jakarta, Rabu (13/1/2015).
Bibit menjelaskan, Mushadeq saat itu mengaku belum mendapatkan wahyu agar umatnya menjalankan salat seperti kebanyakan muslim lainnya.
"Belum mewajibkan salat, baru ada salat setelah ada perintah salat. Jadi, sekarang ada informasi kalau anggota Gafatar nggak perlu salat," lanjut Bibit yang menjabat Wakil Ketua KPK periode 2007-2011 itu.
Namun pertemuan dengan Mushadeq pada 3 Januari 2015 itu semakin memantapkan niat Bibit Samad untuk mundur dari keanggotaannya dalam organisasi Gafatar yang telah ia ikuti sejak 2012.
Ia melihat organisasi tersebut tidak sesuai dengan keyakinannya. Pada pertemuan pertama itu sekaligus menjadi akhir dari keikutsertaan Bibit di Gafatar. Mushadeq meluluskan surat permintaan Bibit untuk mundur.
Sejak 3 Januari itu, nama Bibit tidak ada lagi dalam daftar Dewan Pembina Gafatar.
"Surat pengunduran diri juga masih saya simpan," ujar Bibit.
Diajak Anak Muda
Kepada Tribunnews, Bibit dengan santai menjelaskan perihal keikutsertaannya di Gafatar. Diceritakan Bibit, setelah pensiun dari KPK pada Desember 2011, ia masih prihatin dengan maraknya korupsi di negeri ini.
Lalu pada 2012, Bibit mendirikan perkumpulan masyarakat, Gerakan Masyarakat Perangi Korupsi (GMPK).