Empat Orang Diduga Pelaku Sempat Saling Tembak di Starbucks Coffee, Tiga Orang Tewas
Jantung Hari Subagyo (62) masih berdetak kencang beberapa saat terjadi ledakan di pos polisi depan gedung Menara Sarinah.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jantung Hari Subagyo (62) masih berdetak kencang beberapa saat terjadi ledakan di pos polisi depan gedung Menara Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2016) sekitar pukul 10.30 WIB.
Ia menenangkan diri di tepi kolam air mancur yang berada di halaman depan gerai Starbucks Coffee, Skyline Building atau Gedung Cakrawala. Gerai kopi tersebut berjarak 15 meter dari pospol tempat ledakan.
Ada seorang satpam, perempuan dan seorang pria duduk berdampingan dengan Hari di tepi kolam itu.
Hari dan tiga orang itu duduk di tepian kolam menghadap bagian barisan meja kursi tempat pengunjung gerai Starbucks Coffee.
Saat itu, Hari melihat empat pria duduk di kursi dengan satu meja beratap payung besar. Seorang warga negara asing yang diduga berasal dari Belanda duduk di kursi bagian belakang dari meja keempat pria itu berada.
Saat itu, tak banyak pengunjung yang duduk di bagian depan Starbucks Coffee lantaran baru saja terjadi ledakan di pospol depan Menara Sarinah.
Ada beberapa gelas kopi dan asbak rokok di meja keempat pria tersebut. Selain berbincang, terkadang keempat pria itu tertawa.
Hari terhenyak karena belum sampai 10 menit ia duduk dan melihat keakraban sekelompok pria itu, tiba-tiba dua orang di antaranya mengeluarkan pistol dan saling tembak.
"Saya duduk samping satpam sini dan ngobrol soal kejadian ledakan yang baru saja terjadi. Kata satpam, kasihan itu, pak. Saya jawab, iya kasihan saya sendiri lihat tiga orang mati depan pospol, satunya cewek itu bagian kepalanya somplak. Malah yang cowok mati di kakinya masih ada apinya," ujar Hari di lokasi.
"Tiba-tiba, empat orang yang duduk di Starbucks tadi saling tembak. Pertama laki-laki yang duduk di kanan tembak orang yang duduk di depannya, yang sebelah kiri. Lalu, orang yang orang duduk di sampingnya nembak orang yang pertama menembak dan satu orang temannya yang di depan yang masih hidup. Jadi, penembak yang kedua itu yang hidup, tiga temannya yang duduk satu meja itu mati semua," sambungnya.
Menurut Hari, pria terakhir yang masih hidup itu dengan santai berjalan meninggalkan ketiga rekannya yang telah tewas.
"Saya masih sempat lihat laki-laki menyelipkan pistolnya ke depan perut dan jalan ke arah dalam Starbucks," ungkapnya.
"Dia pakai baju putih dan celana jins hitam. Badannya tegap, tinggi dan kulitnya cokelat, nggak hitam seperti saya. Dan dia bawa tas," sambungnya.
Belum hilang keterjutan Hari, pria yang telah 28 tahun menjadi tukang parkir di Jalan Sabang, Jakarta, itu kembali melihat kejadian memilukan.