Kombes Martuan: Kalau Saya Tunggu Rompi Antipeluru, Berapa Banyak Orang akan Mati?
KALAU saya menunggu body vest (rompi antipeluru), berapa banyak orang yang akan mati?
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Gusti Sawabi
TRIBUNNEWS.COM - KALAU saya menunggu body vest (rompi antipeluru), berapa banyak orang yang akan mati?
Kalimat tersebut disampaikan Kepala Biro Operasi Polda Metro Jaya, Komisaris Besar (Kombes) Polisi Martuani Sormin mengenai aksinya berhadapan dengan kelompok teroris yang beraksi di depan gedung Sarinah, Jl MH Thamrin, Jakarta, Kamis (14/1) lalu.
Martuani menghabiskan 22 peluru alias dua magazine (masing-masing magazine berisi 11 peluru) ketika berhadapan dengan kelompok teroris. Aksi baku tembak dengan teroris berlangsung sekira 10 menit di tengah keramaian.
Martuani saat itu menumpang mobil dinas Mitshubisi Pajero Sport warna hitam. Ia langsung turun dari kendaraannya begitu melihat ada pengeboman di jatung Kota Jakarta. Refleks ia mengelurkan pistol dan ikut mengejar teroris tanpa menggunakan helm dan rompi antipeluru.
"Saya pertama datang dan memerintahkan dilakukan evakuasi. Anggota polisi di pos polisi bilang tolong Pak, tolong. SOP (standart operation procedure) penanganan bom kan harus dilakukan penutupan. Kemudian saya menolong polisi," tutur Martuani ketika ditemui di Polda Metro Jaya, Senin (18/1/2016).
Mobil Martuani sempat dilempari bom sehingga dua rodanya kempes. Menurutnya, keputusan cepat harus diambil mengingat dia berhadapan dengan empat orang terduga teroris. Naluri sebagai anggota polisi membuatnya berupaya mengamankan masyarakat, meskipun nyawa menjadi taruhan.
Ia emperlihatkan sebuah majalah yang memuat sederat foto-foto aksi teror menewaskan delapan orang (Empat di antaranya teroris). Dia menunjuk-nunjuk tempatnya berdiri dan bergerak saat peristiwa itu terjadi.
Dia tak tahu mana lawan dan kawan. Semua insiden yang membahayakan nyawa itu masih diingat.Dalam peristiwa penanganan oleh aparat kepolisian, kata dia, diutamakan membantu korban yang masih hidup.
Oleh karena itu, dia menyelamatkan anggota polisi yang menjadi korban. Kemudian memerintahkan anggota polisi lainnya menutup tempat kejadian perkara (TKP).
Semula dia tak mengetahui insiden apa di tempat itu. Senjata api masih dipinggang. Setelah Rais (Office boy Bankok Bank) tertembak, dia bingung menentukan korban itu meninggal atau tidak. Lalu, terduga teroris menembak anggota provost.
Setelah ada penembakan, dia sadar para pelaku bersenjata. Dia memimpin aparat kepolisian untuk menumpas pelaku yang berada di depan gerai Starbucks Coffee.
Dia menduga para pelaku meniru insiden penyerangan di tengah Kota Paris, Prancis, beberapa waktu lalu. Ia menyayangkan keberadaan warga sipil dan awak media di dekat lokasi peristiwa.
Kondisi itu membuat aparat aparat kepolisian menentukan mana pelaku dan mana warga sipil biasa. "Saya belum paham dia nembak. Ini Ali dan Afif (keduanya teroris) masih ngobrol. Saat saya menolong anggota yang berada di pos polisi, ini (Ali) menembak," katanya.
Dua magazine
Martuani mengaku awalnya tidak mengira AKBP Untung Sangaji yang yang berada di TKP merupakan anggota polisi. Saat itu Untung tidak mengenakan seragam, hanya berbaju putih dan bercelana krem. AKBP Untung lah yang kemudian menembak dua teroris, Ali dan Afif, di halaman Starbucks.
"Saya baru tahu Untung polisi. Sebelumnya nggak tahu," katanya. Setelah mengetahui AKBP Untung Sangaji merupakan aparat kepolisian, Martuani minta Untung untuk melindungi dirinya di bagian belakang.
Sedang sopir Martuaniyang membawa senjata api berada di sisi kiri. Dalam kondisi seperti itu, menurutnya, harus dilakukan penindakan cepat. Sehingga ia tak mempedulikan SOP penanganan teror. Apalagi menunggu memasang rompi anti peluru, bisa jadi korban pihak sipil bertambah banyak.
"Kalau saya menunggu ropi, ya wassalam. Di mobil saya juga tidak bawa rompi antipeluru. Kalau SOP harus bawa," katanya.
Sebagai upaya mengantisipasi insiden serupa, Martuani selalu membawa senjata api. Di pinggang terdapat dua magazine. Dia sempat memperlihatkannya kepada wartawan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.