Bamsoet: Baru Kali Ini Golkar Tunduk pada Kekejaman Kekuasaan
Ical berpendapat diperlukannya Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) sebelum bulan puasa 2016.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bendahara Umum Golkar versi Munas Bali Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengaku terkejut dengan keputusan Aburizal Bakrie (Ical) dalam pidato pembukaan Rapimnas.
Ical berpendapat diperlukannya Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) sebelum bulan puasa 2016.
"Bagi kami di Golkar, pernyataan ARB sebagai ketum Golkar soal jadwal munas sebelum ramadhan tahun ini, bukanlah sebuah signal lagi. Tapi perintah. Jadi, tidak perlu lagi ada pernyataan mundur," kata Bambang melalui pesan singkat, Minggu (24/1/2016
Ia mengingatkan Ical terpilih sebagai ketua umum sesuai dengan mekanisme AD/ART Golkar. Sehingga untuk mengakhiri kepemimpinan Ical maka diperlukan Munaslub. Keterkejutan Bambang dikarenakan pihaknya meyakini kubu Bali merupakan pihak yang benar dan menang secara hukum.
"Tapi, ya apa boleh buat. Pahit memang. Dan kita semua memendam luka yang sangat dalam," tuturnya.
Namun, Bambang menyadari realitas politik yang ada. Ia menilai baru kali ini Partai berlambang Pohon Beringin itu harus kalah dengan kekuasaan. "Baru kali inilah dalam sejarah panjang Golkar harus tunduk dan bertekut lutut pada kekejaman kekuasaan yang tidak menghendaki ARB sebagai ketua umum dengan memakai senjata SK pengesahan yang terus digantung," kata Ketua Komisi III DPR itu.
Bambang menilai Ical berjiwa besar dan negarawan dan mengibaratkan dengan lilin serta gelapnya malam. Menurut Bambang, Ical tidak menyalahkan gelapnya malam. Tetapi menyalahkan lilin agar menerangi malam.
"Dengan perintah pelaksanaan munas sebelum ramadhan atau sebelum memasuki tahapan pendaftaran pilkada serentak putaran ke-2 tahun 2017 yang jatuh pada Juli 2016 agar Golkar bisa menyiapkan diri dengan baik dalam derap langkah yg satu tanpa dualisme kepengurusan seperti pilkada serentak sebelumnya," tuturnya.