Hilangnya Sembilan Senjata Api dari Lapas Akibat Terlalu Percaya dengan Napi
"Kan biasanya kalau sudah percaya sama Tamping (tahanan pendamping) itu, dia dikasih (kepercayaan pegang) kunci, dikasih ini, bersih-bersih ini itu,"
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hilangnya sembilan pucuk senjata api dari Lapas Klas I Tangerang, Banten akibat petugas terlalu percaya dengan narapidana yang akan segera bebas.
"Karena terlalu percaya kepada napi yang mau bebas," kata Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly di gedung DPR RI, Senin (25/1/2016).
Dijelaskan dia, biasanya tahanan pendampin (Tamping) bila sudah dipercaya petugas diberikan kepercayaaan untuk bersih-bersih dan sebagainya.
Kepercayaaan tersebut lah yang disalahgunakan sehingga berakibat hilangnya sembilan pucuk senjata api.
"Kan biasanya kalau sudah percaya sama Tamping (tahanan pendamping) itu, dia dikasih (kepercayaan pegang) kunci, dikasih ini, bersih-bersih ini itu," ucap Yasonna.
Atas kelalaian tersebut, dikatakan Yasonna pihaknya kini sedang menyelidiki kasus tersebut.
"Tapi, itu tetap harus dicurigai ada petugas yang membantu. Itu yang sekarang sedang Dirjen dan Irjen lakukan, selidiki," ucap dia.
Saat ini Yasonna sudah memerintahkan Dirjen PAS dan Irjen, agar semua staf yang berkaitan dengan kasus tersebut diperiksa.
"Mana tahu ada yang memudahkan agar diperiksa oleh Dirjen, (staf-staf) harus diangkat dan dipindah, dilihat tingkat kejahatannya seperti apa dan tingkat kelalaiannya seperti apa," ungkapnya.
Sebelumnya dijelaskan Yasonna, peristiwa pencurian sembilan senjata api terjadi saat ada seorang narapidana yang mau bebas atau dikenal dengan istilah Tamping (Tahanan Pendamping).
"Tamping itu napi yang sudah mau bebas, tapi dia bekerja. Dia melakukan tindak pidana pencurian," ucapnya.
Kepercayaan tersebut disalah gunakan narapidana tersebut tanpa disadari para petugas Lapas.
"Rupanya tanpa kita sadari, kepercayaan yang kami berikan, termasuk pegang kunci (tempat penyimpanan senjata api petugas,-red), itu disalahgunakan," kata dia.
Polisi Bon Enam Napi
Sebelumnya, Densus 88 Antiteror Polri mencokok atau 'mengebon' enam napi dari Lapas Tangerang dan Nusakambang karena dugaan terlibat tidak langsung serangan teror Thamrin 14 Januari 2016 lalu.
Hasil investigasi Polri, keenam napi tersebut diduga mereka melakukan pencurian secara terencana 9 pucuk senjata api dan ratusan peluru milik petugas sipir Lapas Tangerang.
"Yah pasti direncanakan. Kalau tidak direncanakan bagaimana mungkin bisa mencuri," kata Kapolri Jenderal Polisi Badrodin di Gedung DPR, Jakarta, Senin (25/1/2016).
Menurut Badrodin, tidak menutup kemungkinan selain karena faktor perencanaan dan kecerdasan dari kelompok napi tersebut, faktor kelalaian petugas lapas menjadi pendukung hingga senpi-senpi dan ratusan peluru bisa jatuh ke tangan mereka.
Polri menangkap 19 orang paskaserangan bom di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta pada 14 Januari 2016 lalu.
Mereka terdiri dari tiga kelompok.
Kelompok pertama terdiri dari enam orang yang diduga terlibat langsung dalam bom Thamrin.
Kelompok kedua terdiri tujuh orang dipimpin Hendro Fernando.
Mereka berperan menerima dana Rp 1 miliar dari pimpinan syap militer ISIS untuk aksi teror di Indonesia, penyedia senjata api, dan bahan peledak untuk aksi teror.
selain itu mereka pun bersiap memberikan dukungan untuk kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso.
Kelompok ketiga merupakan enam orang napi dari Lapas Tangerang dan Nusakambangan yang berperan menyuplai senjata api dan peluru untuk kelompok kedua pimpinan Hendro.
Keenam napi tersebut adalah Agung Prasetyo alias Ayas Huda, Khoribul Mujid alias Pak Mujid, Induroh alias Hamam alias Hanif, Jaenudin alias Gee dan Emirat Berlian Nusantara alias Emir, Syaiful Anam alias Mujadid alias Brekele alias Joko.