TNI AU Perlu Mengedepankan Perawatan dan Pemeliharaan Pesawat Tempur
Tidak ada yang bisa diduga-duga sebab kecelakaan pesawat sebelum hasil investigasi kelar.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pesawat EMB-314 Super Tucano yang dibeli dari Brasil jatuh menimpa sebuah rumah di Jalan LA Sucipto, Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (10/2/2016).
Saat ini investigasi tengah dilakukan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara.
Pengamat penerbangan Alvin Lie mengungkapkan tidak ada yang bisa diduga-duga sebab kecelakaan pesawat sebelum hasil investigasi kelar.
Sebab menurutnya investigasi mencari penyebab jatuhnya pesawat tempur ringan ini, tidak akan berdasarkan kotak hitam (black box). Karena pesawat tempur militer black box tidak dimiliki.
"Hasil investigasi nantinya akan menjadi catatan evaluasi bagi TNI AU. Karena secara kode etik, investigasi tidak dapat dibuka ke publik," kata Alvin Lie saat dikonfirmasi Tribunnews.com.
Pesawat tempur ringan buatan Brasil ini masih relatif baru. Bukan itu saja, pesawat tempur ini juga dipakai oleh banyak negara dan telah mendapat pengakuan.
"Karenanya, tidak ada yang diragukan dari pesawat Super Tucano," katanya.
Agar kedepan tidak ada lagi pesawat militer yang mengalami kecelakaan dan jatuh, Alvinmengatakan TNI AU perlu benar-benar mengedepankan perawatan dan pemeliharaan.
Perawatan yang teratur dan sesuai dengan buku pedoman (manual book) masing-masing pesawat.
"Memang butuh anggaran yang relatif lebih besar untuk itu. Tapi, negara harus mengalokasikannya agar kedepan tidak terjadi kecelakaan atau jatuhnya pesawat karena kurangnya perawatan pesawat," ujarnya.
Pasalnya, secara materi, harga satu pesawat tempur sangat mahal.
Ditambah lagi kerugian putra terbaik bangsa, para pilot atau penerbang.
Karena juga perlu biaya tidak kecil untuk menciptakan seorang menjadi pilot dan penerbang handal.
"Karena itu perlu TNI AU memprioritaskan perawatan setiap pesawat tempur yang kita miliki," katanya.