Disertasi Kang Sobary Kupas Protes Petani Tembakau di Temanggung
Petani tembakau Temanggung juga menggunakan drama tari "Tundung Kolo Bendu," untuk menyampaikan protesnya.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada banyak cara untuk mengungkapkan protes terhadap pemerintah.
Petani tembakau di Temanggung mengungkapkannya dengan berbagai cara yang unik, mulai dari kesenian seperti puisi dan tarian, hingga ritus seperti ziarah kubur.
Protes petani Tembakau melalui cara khusus itu lah yang dikupas pensiunan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang sempat menjabat sebagai Pemimpin Umum Kantor Berita Antara, Mohamad Sobary, dalam disertasinya yang berjudul "Perlawanan Politik dan Puitik (Ekspresi Politik Petani Temanggung)."
Dalam disertasi yang dipertahankan dalam sidang promosi disertasi doktoral di kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI), Selasa (23/2/2016), Sobary memaparkan bahwa petani tembakau menolak Peraturan Pemerintah (PP) nomor 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif produk tembakau bagi kesehatan.
Dalam mengungkapkan protesnya melalui puisi, petani tembakau di Temanggung menggunakan puisi berjudul "Manunggaling Kawulo Alit," yang berarti menyatunya rakyat dengan penguasa.
Dalam puisi tersebut, diturukan bagaimana rakyat mengajak pemimpinnya untuk bersatu, melawan masalah bangsa.
Sobary memaknai puisi tersebut sebagai jeritan petani tembakau kepada pemerintah, yang telah mengeluarkan sehingga menekan para petani, serta menguntungkan pihak asing. Puisi tersebut kerap dibacakan di setiap aksi protes.
Petani tembakau Temanggung juga menggunakan drama tari "Tundung Kolo Bendu," untuk menyampaikan protesnya.
Drama tari yang ditampiilkan di banyak panggung di Temanggung itu, menceritakan soal ketentraman masyarakat, yang diusik oleh tokoh Polo Miris dan Saudagar Bolang-baleng.
Dalam sidang yang dipimpim Prof. Dr. Arie S. Soesilo itu, diputuskan disertasi yang disusu Sobary atau yang akrab dipanggil Kang Sobary, diterima, dengan nilai sangat memuaskan.
Di ujung sidang Sobary dikukuhkan sebagai seorang Doktor, dari program studi Kesejahteraan Sosial, FISIP UI.
Usai persidangan, Sobary kepada wartawan mengaku tertarik dengan cara perlawanan petani tembakau Temanggung, karena cara-caranya yang tidak biasa.
"Putik itu kapasitas estetika. Itu istimewa. Kalau sekedar demo marah-marah itu biasa," ujarnya.
Kata dia, walaupun PP sudah jeluar sejak 2012 lalu, namun kebijakan tersebut "mandul," belum bisa diaplikasikan. Penghasilan petani pun relatif masih sama, masih terhitung sejahtera.
"Tapi nanti kalau diimplementasikan, masih ada perang lebih lanjut," katanya.