Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Bahaya Terlalu Paksakan Diri Melihat GMT dengan Mata Telanjang

Gerhana Matahari total 2016 ini akan melintasi sebagian besar Indonesia

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Ini Bahaya Terlalu Paksakan Diri Melihat GMT dengan Mata Telanjang
Agatha Bunanta
Gerhana matahari total pada 22 Juli 2009 dilihat dari Kota Chongqing, China. Kamera Canon EOS 1D Mk3, ISO 800, rana 1/100 detik, diafragma 6,3, aperture priority dengan kompensasi minus 3, lensa 400 milimeter, dengan krop. Arsip Agatha Bunanta, pernah dimuat Kompas, 4/8/2009. 

"Bahkan karena cahaya matahari terlalu kuat bisa membakar makula yang merupakan pusat penglihatan yang terletak pada retina mata,” kata dokter spesialis mata, dr Armanto Sidohutomo SpM ketika dikonfirasi SURYA.co.id, Senin (7/3/2016).

Saat mata melihat fenomena berlangsungnya gerhana, mata akan bereaksi seperti melihat dalam kondisi gelap atau redup.

Kelopak mata membuka dan pupil melebar. Saat Bulan bergeser dan Matahari mendadak bersinar lagi, mata kita dalam kondisi pertahanan yang kurang.

Kalau tidak hati-hati, dapat menyebabkan Solar Retinopathy. "Karena cahaya matahari yang tidak tertutup bulan secara penuh menimbulkan risiko kebutaan yang tinggi,” ujar Direktur klinik mata Tritya ini.

Gejala yang dirasakan saat mokula ini mulai terbakar bisa dilihat dengan penglihatan yang menjadi buram, tidak bisa melihat warna dengan jelas dan Metamorhopsia, yaitu melihat garis lurus menjadi bengkok, melihat benda menjadi lebih besar/kecil.

"Kalau memang sudah seperti itu bisa langsung ke dokter, tidak semua gejalanya menimbulkan sakit kepala," ujarnya.

Pada umumnya keluhan terjadi pada kedua mata. Pada sebagian besar kasus, tajam penglihatan dapat kembali normal dalam beberapa bulan, tetapi beberapa pasien mengalami kerusakan permanen tajam penglihatan dan skotoma yang menetap.

BERITA REKOMENDASI

Oleh karena itu, menyaksikan gerhana matahari ada tipsnya. Gunakan alat yang dilengkapi filter ultraviolet menjelang dan sesaat sesudah gerhana matahari total.

3. dr Delfitri Lutfi SpM, spesialis mata di RSUD Dr Soetomo

Hal senada diungkapkan spesialis mata di RSUD Dr Soetomo, dr Delfitri Lutfi SpM.

Ia menjelskan Pada gerhana total saat bulan total menutupi matahari dan keadaan gelap gulita memang tidak menimbulkan dampak yang berarti.

Sedangkan pada kondisi hanya sebagian besar (80 persen), terutama pada saat sinar matahari mulai muncul dan bulan bergeser, sinar matahari tersebut sangat kuat dan bisa mengganggu fungsi retina mata.

"Nama medisnya Solar Retinopathy, gejalanya bisa segera atau dalam beberapa jam setelah paparan yaitu penglihatan kabur dan ada bagian yang gelap,” ujarnya.

Iapun menegaskan, pencegahan merupakan hal yang sangat penting. Agar tidak melihat gerhana matahari langsung terutama pada gerhana yang tidak total.

"Bisa memakai kacamata khusus yg disarankan dengan solar filter welder no 14 atau kalau di Indonesia yg lebih mudah dengan filter ND nomor 5,"katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas