Kelompok Abu Sayyaf Filipina Terbagi Dalam 16 Kelompok
Jika sudah ditemukan kelompok yang menyandera, sarannya, bisa dilakukan pendekatan dari jejaring intelijen Indonesia di Filipina.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kelompok Abu Sayyaf yang disebut-sebut menculik 10 anak buah kapal (ABK) Brahma 12, terbagi dalam 16 kelompok dengan anggota masing masing 20 orang.
Peneliti terorisme dan intelijen Ridlwan Habib menjelaskan basis kelompok ini berada di empat provinsi, yakni di Jolo, Tawi Tawi, Basilan dan Sulu. Masing masing kelompok punya pimpinan sendiri.
"Karena itu, perlu dipastikan, siapa yang menculik 10 WNI kita itu. Kelompok yang mana, karena Abu Sayyaf ini cukup besar," ujar Ridlwan kepada Tribunnews.com, Rabu (30/3/2016).
Jika sudah ditemukan kelompok yang menyandera, sarannya, bisa dilakukan pendekatan dari jejaring intelijen Indonesia di Filipina.
Namun perlu diketahui, katanya, dalam beberapa kasus penyanderaan sebelumnya, kelompok ini tak segan membunuh. Apalagi setelah bergabung dengan ISIS, mereka tambah berani dan nekad.
Kelompok yang terkenal kejam dan bengis ini sudah bergabung ke ISIS sejak Januari lalu. Kalau yang menculik adalah Abu Sayyaf Group, maka itu sudah berganti nama menjadi Harakatul Islamiyah dan berbaiat ke ISIS sejak Desember 2015.
Kelompok Abu Sayyaf berbaiat ke ISIS dan bersumpah setia pada Khilafah Abu Bakar Al Baghdady. Pemimpinnya Isnilon Hapilon alias Abu Abdullah sebenarnya kondisinya sudah sakit, tapi anggotanya masih banyak dan militan.
Kelompok Abu Sayyaf ini berbasis di Basilan, namun juga mempunyai pos pos militer di pulau pulau kecil antara Sulu hingga perbatasan Lahaddatu Malaysia.
Pada tahun 2013 ada serangan gerilyawan Sulu ke Lahaddatu, saat itu sebagian anggota Abu Sayyaf masuk. Kelompok ini, memang spesialis menculik dan meminta tebusan.
Mereka sudah dikatagorikan gerakan terorisme Internasional. Isnilon bahkan dihargai kepalanya oleh Amerika Serikat sebesar 5 miliar dolar Amerika Serikat.
"Kelompok ini mahir dalam pertempuran laut karena berasal dari wilayah nelayan," jelasnya.
Kelompok ini cukup menjadi legenda karena mampu melakukan penyelaman bawah air tanpa alat yang itu membuat pihak Filipina selalu kehilangan jejak.
Dia meyakini kemampuan pasukan TNI cukup memadai melawan kelompok ini. Bagaimanapun mereka adalah militan sipil non kombatan, pasti kalah dengan pasukan tempur, apalagi pasukan komando.
"Saya optimistis pemerintah Indonesia bisa mengambil langkah paling baik untuk mengembalikan 10 WNI pada keluarga dan anak anaknya yang menunggu di rumah," cetusnya.(*)