Balada Sanusi, dari Jaguar, Arloji Rp 1 Miliar, Hingga Tidur Beralaskan Tripleks
Siapa sangka kehidupan anggota DPRD DKI Jakarta, Mohamad Sanusi bisa berubah dalam semalam.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Siapa sangka kehidupan anggota DPRD DKI Jakarta, Mohamad Sanusi bisa berubah dalam semalam.
Jika sebelumnya, Sanusi hidup mewah bergelimang harta mulai dari kendaraan super mahal hingga jam tangan seharga Rp 1 miliar, kali ini calon gubernur DKI Jakarta dari Gerindra ini harus merasakan dinginnya lantai tahanan dengan hanya beralaskan selembar triplek.
"Sanusi di kamar sendiri. Alas tidur cuma ada triplek, kasur untuk alas atasnya nggak ada," ujar sumber di Polres Jaksel.
Mohamad Sanusi ditahan penyidik KPK dengan dititipkan di Rutan Polres Jaksel, setelah terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) tim Satgas KPK dalam perjalanan pulang ke rumah pada Kamis (31/3/2016) malam, usai menerima uang lebih Rp 1,1 miliar dari pihak perusahaan developer PT Agung Podomoro Land.
Ia ditahan penyidik KPK usai menjalani pemeriksaan 1x24 jam dan ditetapkan sebagai tersangka penerima suap.
Pemberian itu adalah kali kedua yang secara keseluruhan uang yang diterimanya mencapai Rp 2 miliar.
Hasil pengembangan tim, diketahui uang tersebut berasal dari perintah Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land, Ariesman Widjaja. Setelah diberi ultimaltum, akhirnya Ariesman Widjaja menyerahkan diri ke kantor KPK pada Jumat (1/3/2016) malam.
Bos dan anak buah dari perusahaan developer ternama itu juga ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan penyidik KPK di rutan berbeda.
Pemberian uang miliaran rupiah dari perusahaan pengembang properti ternama itu diduga suap untuk pemulusan sejumlah poin dalam Rancangan Peraturan Daerah (raperda) Rencana Wilayah Zonasi Pesisir Pulau-pulau Kecil (RWZP3K) dan Raperda Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta, yang digodok di DPRD DKI Jakarta.
Dan Mohamad Sanusi duduk sebagai Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta yang membidangi Pembangunan, termasuk
Sanusi yang berlatar belakang pengusaha properti adalah Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta dan menjadi bakal calon gubernur DKI Jakarta dari Partai Gerindra untuk Pilkada 2017.
Di DPRD DKI Jakarta, ia memimpin komisi yang membidangi pembangunan, termasuk pekerjaan umum, tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.
Setelah tertangkap dan ditetapkan sebagai tersangka penerima suap, Sanusi ditahan oleh penyidik KPK
Legislator DPRD DKI Jakarta asal Partai Gerindra itu dibawa dengan pengawalan penyidik KPK ke Rutan Polres Jaksel pada pukul 01.00 WIB. Usai menyelesaikan administrasi tahanan baru, Sanusi dimasukkan ke dalam kamar sel di lantai 4 gedung Polres Jaksel.
Ia menempati sel berukuran sekitar 2,5x3 meter persegi.
Sumber tersebut menceritakan, tidak ada fasilitas mewah di dalam sel yang ditempati oleh Sanusi maupun tahanan titipan KPK lainnya. Namun, toilet untuk MCK ada di sel tersebut.
"Kipas angin nggak ada. Toilet di dalam ada. Lemari pakaian juga nggak ada. Kalau pakaian yah digeletakkan aja di lantai," terangnya.
Ia menambahkan, seharusnya setiap anggota keluarga atau pengacara yang hendak membesuk tahanan titipan KPK harus meminta izin dari penyidik KPK yang menangani perkara. Waktu besuk pun dibatasi.
"Hari besuk hanya Selasa dan Jumat. Di luar itu, hari biasa nggak bisa," ujarnya.
Pantauan Tribun pada Sabtu siang datang kuasa hukum Sanusi, Krisna Murti datang bersama sejumlah stafnya ke Polres Jaksel.
Ia mengaku hendak membesuk dan melakukan koordinasi materi kasus dengan Sanusi di rutan.
Tak lama kemudian, beberapa orang yang mengaku sebagai anggota keluarga, yakni kakak, sepupu, keponakan dan tetangga rumah juga datang ke Polres Jaksel untuk membesuk Sanusi.
Setelah izin dengan petugas yang piket berjaga di lobi, mereka naik ke lantai atas gedung.
Krisna Murti selaku pengacara juga menyampaikan bahwa istri Sanusi, Naomi Shallima akan datang membesuk suaminya di tahanan.
Namun, hingga pukul 19.30 WIB, tak tampak kehadiran istri Sanusi di Polres Jaksel.
Malam tadi, hanya ada empat orang anggota keluarga Sanusi yang sebelumnya telah datang kembali datang ke polres dengan membawa sejumlah barang, di antaranya sapu, kain pel dan beberapa makanan.
Mereka hanya bisa menunggu di depan polres karena tidak diizinkan oleh petugas jaga untuk menemui Sanusi ditahanan lantaran jam besuk telah habis.
Sementara, Krisna Murti selaku pengacara berbincang santai dengan petugas jaga tersebut.
Flamboyan
Siapa Moh Sanusi yang selama ini dikenal warga DKI Jakarta sebagai pengkritik keras Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok?
Moh Sanusi adalah Ketua Komisi D (Bidang Pembangunan) DPRD DKI Jakarta,dari Partai Gerindra.
Di Pemprov maupun DPRD DKI Jakarta, Sanusi yang merupakan adik kandung Wakil Ketua DPRD DKI, Muhammad Taufik dikenal cukup flamboyan. Penampilannya pun fashionable.
Bak layaknya selebritas, busana dan aksesoris bermerk kerap melekat di diri pria yang akrab disapa Bang Uci ini.
Gubernur Ahok pernah menyebut Sanusi memiliki jam mewah seharga lebih dari Rp 1 miliar.
Ia memiliki kendaraan mewah seperti Jaguar, Range Rover, serta Mercedes Benz yang kerap dibawa ke Gedung DPRD DKI Jakarta di Jl Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Jaguar menjadi kendaraan teranyarnya Sanusi turut disita KPK saat penangkapan.
Gerindra
Sanusi mewarisi darah politik dari ayahnya, tokoh Golkar Jakarta Utara.
Memulai karier politik, Sanusi memilih ikut Partai Kesatuan dan Persatuan (PKP) pimpinan Edi Sudrajat.
Pada 2002, nama Sanusi masuk dalam jajaran pendiri Partai Demokrat.
Karena kesibukan pekerjaan, Sanusi tidak jadi ikut maju dalam perhelatan Pemilu Legislatif 2004.
Baru pada Pileg 2009, ia ikut mencalonkan diri sebagai caleg DPRD DKI Jakarta dapil Jakarta Timur.
Pada tahun 2009,ia membentuk Metropolitan Studi Center (MSC) sebagai wadah tim pemenanganya.
Kemudian tahun 2010 diubah menjadi Muhamad Sanusi Center yang juga menjalankan kegiatan sosial kemasyarakatan diantaranya Asuransi Gratis untuk anggotanya, Ambulance Gratis, Advokasi Kesehatan Gratis, Advokasi Pemakaman Gratis, Akte Kelahiran Gratis dan sebagainya.
Tahun 2014, Sanusi terpilih lagi menjadi Legislator DKI Jakarta dari Dapil Jakarta Timur dari Partai Gerindra yang didirikan Prabowo Subianto.
Bursa Cagub DKI
Sebelumnya, Sanusi menjabat sebagai Ketua Fraksi Gerindra dan aktif sebagai bendahara partai.
Sanusi adalah adik Ketua Gerindra DKI Jakarta, yang juga Wakil Ketua DPRD DKI Mohamad Taufik.
Dalam bursa Pemilihan Gubernur 2017, nama Sanusi masuk daftar penjaringan calon gubernur yang diusung Gerindra.
Ia bersaing dengan kakaknya, Ketua DPD DKI Mohamad Taufik; Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani; Wali Kota Bandung Ridwan Kamil; mantan Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal (Purn), Sjafrie Sjamsoeddin; anggota Dewan Pembina Gerindra, Sandiaga Uno; anggota DPR, Biem Benyami; dan Sekretaris Pemprov DKI Saefullah.
Aktif Sejak Mahasiswa
Di dunia politik, sepak terjang Sanusi cukup diperhitungkan.
Hal ini sangatlah wajar mengingat Sanusi muda merupakan sosok yang aktif dalam bidang keorganisasian mahasiswa maupun pemuda.
Sebelum menjadi anggota dewan, Sanusi kuliah di ISTN, Jakarta Selatan.
Di bangku kuliah, Sanusi terlibat aktif di berbagai organisasi dan kegiatan Kemahasiswaan.
Ia pernah menjadi Ketua Book Fair ISTN pada 1991-1992, Ketua Angkatan ’89 Mahasiswa Teknik Sipil ISTN, Ketua HImpunan Mahasiswa Teknik Sipil ISTN pada 1990, Ketua Senat ISTN pada 1988, Ketua Bidang Komunikasi Mahasiswa Teknik Sipil Seluruh Indonesia Regional Wilayah Jabodetabek – Lampung.
Pria ini juga pernah menjadi Ketua Bidang Politik Dewan Pimpinan Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPD KNPI) DKI Jakarta pada tahun 2002.
Sejak 2011 Ia dipercaya sebagai Ketua Umum Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) DKI Jakarta hingga saat ini.
Saat Jokowi menjadi Calon Gubernur tahun 2012 lalu, Sanusi juga menjadi bagian dari tim Kampanyenya.
Pengusaha
Sebelum terjun ke dunia politik, Sanusi tecatat sebagai Dirut hingga jadi pengusaha yang memimpin sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang property.
Kariernya terentang cukup panjang. Memulai sebagai staf engineering di PT Acset Indonusa pada 1996.
Enam bulan kemudian ia didapuk menjadi Manajer Proyek untuk pembangunan Gedung Indosat Jakarta.
Ia juga sempat menjadi agen prinsipal Ray White (1997-98) sebelum dipercaya sebagai Manajer Proyek PT Bore Pilling Lestari untuk pembangunan Gedung Danamon dan Menara Jakarta.
Sanusi juga sempat bergabung dengan perusahaan Jerman.
Tahun 2004, ia berlabuh di PT Citicon Mitra Tanah Abang sebagai Direktur Pemasaran JaCC.
Tahun 2006 di kelompok bisnis yang sama, Grup Citicon, ia didapuk untuk memimpin proyek pembangunan Banto Trade Centre di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Dari Bukittinggi, ia ditarik lagi ke Jakarta untuk memimpin divisi pemasaran PT Citicon Media Land yang mengelola ITC Cibinong.
Tahun 2005-2007, Sanusi dipercaya menjabat Komisaris PT Citicon Medialand.
Jabatan Direktur Utama PT Citicon Mitra Bukti Tinggi didapuk Sanusi pada 2006-2008, dan Direktur Utama Bumi Raya Properti (2008-2010).
Thamrin City
Sanusi pernah menjadi penasihat Asosiasi Pedagang Tanah Abang yang terbakar pada 2004.
Ia membina dan menempatkan 300 pedagang Tasik kaki lima dari wilayah Waduk Melati Tanah Abang ke Mal JACC (Jakarta City Center) atau sekarang disebut Thamrin City.
Sanusi membantu advokasi pedagang Tanah Abang Blok A, membina dan menempatkan 200 pedagang buku kaki lima dari Kwitang ke Mal JACC, serta menempatkan dan membina pedagang keramik kaki lima Rawasari ke Mal JACC.
Kakak kandungnya, Muh Taufik yang menyebut bahwa Sanusi adalah pengusaha properti. " dia (Sanusi) kan pengusaha properti, Thamrin City," tegas Taufik. (berbagai sumber)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.