Autopsi Siyono Rasa Sayang Muhammadiyah ke Polri
Komnas HAM meminta dokter Muhammadiyah melakukan autopsi pada Minggu (3/4/2016) kemarin.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tewasnya Siyono, terduga teroris asal Klaten yang dinilai janggal terus bergulir.
Untuk memastikan penyebab kematian Siyono, Komnas HAM meminta dokter Muhammadiyah melakukan autopsi pada Minggu (3/4/2016) kemarin.
Menyoal autopsi, Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti pun menghormati dan mengutus satu dokter forensiknya bergabung dengan dokter Muhammadiyah.
Aktivis Muhammadiyah, Ma'mun Murad AL-barbasy bersuara atas autopsi yang hasilnya baru akan keluar dalam 10 hari kedepan.
"Kalau ditanya dimana posisi Muhammadiyah dalam autopsi Siyono. Kalau mau kritis, autopsi itu adalah rasa sayang Muhammadiyah pada Polri. Di media sosial disebutkan ada 120 terduga teroris yang meninggal dunia dan proses hukumnya tidak jelas. Autopsi kemarin pahamilah sebagai rasa sayang kami ke polisi. Langkah kami ini melibatkan forensik Polri dan dokter Undip, bukan jalan sendiri," tegas Murad, Kamis (7/4/2016) di Mabes Polri.
Murad juga menambahkan posisi Muhammadiyah di kasus Siyono, tetap dalam koridor hukum.
Dimana Muhammadiyah ini mencari keadilan soal kematian yang dinilai tidak wajar.
"Otopsi ini bagian dari ingin tahu apa benar Siyono meninggal tidak wajar? Itu yang harus ditegakkan. Kalau soal Siyono teroris atau bukan itu bukan urusan Muhammadiyah," katanya.