Formappi: Anggota PDIP Paling Rendah Ikuti Rapat di DPR
anggota DPR memandang remeh rapat paripurna.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) menilai masalah kedisiplinan anggota DPR khususnya untuk menghadiri rapat paripurna menjadi masalah klasik.
Peneliti Formappi Lucius Karus menuturkan adanya kesan anggota DPR memandang remeh rapat paripurna.
Padahal idealnya anggota mesti melihat paripurna sebagai peluang strategis untuk menggaungkan aspirasi konstituen di level nasional.
"Mental anggap remeh anggota DPR itu membuat mereka malas. Bisa juga karena anggota DPR tak serius berjuang untuk kepentingan konstituen dengan semua cara yang bisa dilakukannya termasuk bertarung di rapat paripurna," kata Lucius ketika dikonfirmasi, Jumat (8/4/2016).
Ia mengungkapkan bukti peremehan anggota DPT dalam menghadiri paripurna dibuktikan oleh data kehadiran selama tujuh kali paripurna di masa Sidang III lalu.
Kehadiran anggota tertinggi terjadi pada Rapur ke-18 tanggal 2 Februari 2016 yakni 63,39%. Sementara kehadiran terendah terjadi Rapur ke 19 tgl 23 Februari 2016 yakni 50,53%. Jika dirata-rata, tingkat kehadiran anggota pada Rapur MS III 2015-/2016 adalah sebesar 57,61%.
Sementara itu tingkat kehadiran anggota Fraksi dalam rapat-rapat komisi paling tinggi adalah Fraksi Nasdem yakni 63% sementara yang paling rendah adalah Fraksi PDIP yakni sebesar 42%. Jika dirata-rata tingkat kehadiran anggota dalam rapat-rapat komisi adalah sebesar 54,6%.
"Mengherankan bahwa sebagai partai dengan kursi terbanyak di DPR, PDIP malah menjadi penyumbang tingginya ketidakdisplinan anggota dalam menghadiri rapat-rapat Komisi," tuturnya.
Rupanya, kata Lucius, mereka berharap jumlah anggota yang lebih banyak di setiap AKD bisa mengetahui ketakhadiran satu dua orang anggota fraksinya dalam rapat tertentu.
Padahal makna kehadiran pada setiap rapat di DPR selalu terkait dengan kekuatan untuk mempengaruhi arah keputusan rapat yang dilakukan.
"Hampir pasti kesadaran setiap anggota akan pentingnya rapat masih begitu rendah. Mereka hanya bisa dimobilisasi jika proses pengambilan keputusan dilakukan melalui Voting," ujarnya.
"Artinya pada dirinya sendiri kehadiran atau kedisiplinan tidak dilihat sebagai cermin manusia berkepribadian," ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.