Mengintip Kemegahan Makam Pak Harto - Ibu Tien di Astana Giribangun
Bangunan megah yang berada di lereng Gunung Lawu itu bernama Astana Giribangun.
Editor: Yulis Sulistyawan
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Labib Zamani
TRIBUNNEWS.COM, KARANGANYAR – Bangunan megah yang berada di lereng Gunung Lawu itu bernama Astana Giribangun.
Bangunan itu merupakan mausoleum bagi keluarga Presiden Republik Indonesia ke-2, Soeharto.
Kompleks makam ini terletak di lereng Gunung Lawu pada ketinggian 660 meter di atas permukaan laut, tepatnya di di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah, sekitar 35 km di sebelah timur kota Surakarta.
Komplek pemakaman ini dibangun di atas sebuah bukit berhawa sejuk.
Di atas komplek Astana Giribangun, terdapat Astana Mangadeg,yakni komplek pemakaman para penguasa Mangkunegaran, salah satu pecahan Kesultanan Mataram.
Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter dpl, sedangkan Giribangun pada 660 meter dpl. Di Astana Mangadeg dimakamkan Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, Mangkunegara II, dan Mangkunegara III.
Pemilihan posisi berada di bawah Mangadeg itu bukan tanpa alasan. Yakni untuk tetap menghormati para penguasa Mangkunegaran, mengingat Ibu Tien Soeharto adalah keturunan Mangkunegara III.
Komplek makam ini memiliki tiga tingkatan cungkup (bangunan makam).
Cungkup Argo Sari terletak di tengah-tengah dan paling tinggi.
Di bawahnya, terdapat cungkup Argo Kembang, dan paling bawah adalah cungkup Argo Tuwuh.
Rumah Keluarga Pak Harto-Ibu Tien di Kalitan Solo
Pintu utama Astana Giribangun terletak di sisi utara. Sisi selatan berbatasan langsung dengan jurang yang di bawahnya mengalir Kali Samin yang berkelok-kelok indah dipandang dari areal makam.