Teluk Jakarta Butuh Rehabilitasi Dibandingkan Reklamasi
Reklamasi memerlukan kajian matang karena banyak berimplikasi terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi.
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnewsbogor.com, Suut Amdani
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Pakar Bidang Oseanografi Institut Pertanian Bogor (IPB)Dr Alan Frendy Koropitan mengatakan, teluk Jakarta lebih butuh rehabilitasi dibandingkan dengan reklamasi.
Ia mengatakan, banyak negara melakukan reklamasi untuk memperbaiki pantai yang terkena erosi atau lahan terendam air, agar dapat dimanfaatkan masyarakat.
Namun, reklamasi memerlukan kajian matang karena banyak berimplikasi terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi.
Dosen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (FPIK-IPB) ini telah mengkaji Teluk Jakarta sejak 2005 sampai 2009.
Kajiannya mencakup pola arus di Teluk Jakarta secara keseluruhan dan melihat pengaruh sirkulasi arus terhadap kualitas air.
Dikutip dari keterangan pers yang diterima Tribunnewsbogor.com, Jumat (29/4/2016) mengatakan, berdasarkan hasil simulasi terjadi perubahan bentang alam, dimana terdapat 17 pulau-pulau reklamasi baru yang memperlambat kecepatan arus.
Jika arus mengalami perlambatan, lanjut dia, maka pergerakan material seperti limbah organik, sedimen, dan logam berat ikut terhambat.
Hal itu karena flushing time (waktu cuci) teluk melambat, sehingga material cenderung tertinggal dan perairan lebih tercemar.
“Sebelum dilakukan reklamasi, Teluk Jakarta memang sudah tercemar. Tapi setidaknya material tersebut masih bisa dialirkan. Namun, dengan adanya pulau-pulau kecil dari hasil reklamasi, aliran ini kian terhambat sehingga Teluk Jakarta makin tercemar dan efek sedimentasinya dapat memperparah banjir di sekitar hilir sungai,” jelasnya.
Hampir setiap tahun banyak ikan yang pingsan atau mati, karena limbah organik yang sangat tinggi.
Ini salah satu indikator Teluk Jakarta sudah tercemar.
"Wajar saja, Teluk Jakarta dialiri 13 sungai yang melewati permukiman, industri dan sebagainya. Artinya banyak material yang mengalir dan bermuara di Teluk Jakarta yang mengakibatkan air keruh dan kotor," kata dia.
“Adanya proses dekomposisi limbah organik oleh bakteri yang membutuhkan oksigen menyebabkan ketersediaan oksigen yang dikonsumsi ikan rendah. Nutrien hasil dekomposisi memicu terjadinya ledakan (blooming) alga beracun, sehingga ikan-ikan bisa mati akibat mengkonsumsi alga tersebut,” imbuhnya.
Dari hasil kajiannya, Dr. Alan menilai Teluk Jakarta lebih membutuhkan rehabilitasi dibanding reklamasi.
Ia menambahkan menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil perlu dilakukan rehabilitasi dan perbaikan kondisi ekosistem atau populasi yang telah rusak walaupun hasilnya berbeda dari kondisi semula.
“Sedangkan reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat sumberdaya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Secara lingkungan, rencana reklamasi 17 pulau di Teluk Jakarta ini dinilai tidak layak, meskipun empat pulau di antaranya sudah terlanjur terbentuk,” tandasnya.
-------------------