Siswa EF Bertambah 30 Persen Saat Pasar Bebas ASEAN Diberlakukan
Kemampuan tenaga kerja Indonesia cukup banyak memiliki kualitas yang bagus untuk dapat bersaing dengan tenaga kerja asing.
Penulis: Achmad Rafiq
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Achmad Rafiq
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia sudah mulai memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sejak awal tahun 2016.
Persaingan masyarakat Indonesia untuk mencari kerja pun semakin sulit, lantaran harus bersaing dengan pekerja asing.
Lembaga kurus English First (EF) merasakan dampak positif dengan masuknya MEA.
Hal itu terbukti dengan meningkatnya masyarakat yang belajar kurus bahasa Inggris di EF, demi bersaing dengan pekerja asing lainnya.
"Tahun 2015 sampai 2016 itu ada 30 persen kenaikan. Ya sekarang siswanya ada sekitar 2000-an," ujar Center Director EF English First, Mahardika Halim saat ditemui di English First FX mall, Sudirman, Jakarta, Jumat (20/5/2016).
Dika juga mengatakan, meningkatknya jumlah siswa di EF bisa karena adanya tuntutan persyaratan bagi pekerja untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik diperusahaan lainnya.
Apalagi, saat ini masih sedikit pekerja Indonesia yang memiliki sertifikasi internasional insinyur ACPE.
Padahal, kata Dika, kemampuan tenaga kerja Indonesia cukup banyak memiliki kualitas yang bagus untuk dapat bersaing dengan tenaga kerja asing.
"Untuk kerja di luar negeri kita harus dapat serifikat insinyur ACPE. Dibandingkan dengan negara Vietnam mereka lebih banyak dapat itu," katanya.
"Sementara masyarakat Indonesia, walaupun mereka pada hebat, tapi mereka kurang paham dalam mengisi ujian untuk mendapatkan serfitifikasi itu, karena soal-soalnya dalam bahasa Inggris," lanjut dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.