Jadi Wagub, Paku Alam X Siap Membantu Program Sultan Hamengku Buwono X
Satu diantara wakil gubernur yang dilantik adalah Sri Paduka Paku Alam X sebagai Wagub DI Yogyakarta
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo melantik empat gubernur dan dua wakil gubernur di Istana Negara, Rabu (25/5/2016).
Satu diantara wakil gubernur yang dilantik adalah Sri Paduka Paku Alam X sebagai Wagub DI Yogyakarta yang akan mendampingi Sultan Hamengku Buwono X.
Usai pelantikan, Paku Alam X mengatakan bahwa dirinya siap membantu Sultan Hamengku Buwono X dalam menjalankan tugas sebagai kepala daerah DI Yogyakarta.
Menurutnya, program ia ke depan adalah menyeleraskan dengan program-program yang sudah direncanakan.
"Kalau saya sebagai wakil tentu akan membantu beliau. Programnya menyesuaikan saja," kata Paku Alam X.
Paku Alam X mengaku akan turut menjalankan pesan Presiden Joko Widodo untuk senantiasa hadir di tengah rakyat.
Dikatakannya, presiden menghendaki agar hubungan antara pemimpin dengan rakyat harus dekat tanpa adanya sekat yang menghalangi.
"Presiden berpesan agar pemimpin bisa lebih dekat dengan warga, jangan bekerja di belakang meja. Keinginan beliau (Presiden) bisa dirasakan kehadirannya," ujarnya.
Mengenai program-program yang akan dijalankan Paku Alam X sebagai wagub, dirinya menjawab dengan diplomatis.
Ia berkehendak untuk mengikuti program pemerintah pusat dan akan diteruskan ke daerah.
Soroti Kasus Intoleran di Yogya
Dalam kesempatan yang sama, Paku Alam X turut menyoroti kasus intoleran yang terjadi di Yogyakarta.
Menurutnya, memang tidak dapat dipungkiri bahwa intoleransi juga terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
"Sebetulnya (intoleransi) dimana-mana itu terjadi, kebetulan kota kami kota pelajar jadi sedikit diekspose," ujarnya.
Menurut Paku Alam X, adanya kasus intoleransi karena minimnya ruang terbuka yang menghambat ekspresi masyarakat.
Dikatakannya, para anak-anak muda di Indonesia hendaknya diberikan ruang untuk menyalurkan bakatnya.
"Seperti kita ketahui setelah tertangkapn (pelaku intoleran) mereka stress. Tidak ada ruang menyalurkan aspirasi," ujarnya.