Taruna Merah Putih Undang Para Tokoh Muda Bicara Pancasila
Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Kartika Nur Rakhman dan artis Olga Lidya.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Menyambut hari lahirnya Pancasila, DPP Taruna Merah Putih (TMP) menggelar Dialog Kebangsaan dengan mengusung tema "Pancasila di Mata Orang Muda" di kantor DPP TMP Jakarta Selasa kemarin (31/5/2016).
Hadir dalam diskusi sejumlah tokoh muda seperti Keua Umum Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Vivin Sri Wahyuni, Presidium Nasional Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Chrisman Damanik.
Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Kartika Nur Rakhman dan artis Olga Lidya.
Hadir juga ratusan anak-anak muda, akademisi dan perwakilan para aktivis. Selain itu juga di hadiri oleh pelajar SMA dari Bogor dan TMP dari DPC Seluruh Jawa Barat. Acara diskusi dipandu Beverly Gunawan
Kartika Nur Rakhman menuturkan, pancasila sebagai dasar yang statis tapi bisa ditafsirkan dinamis.
Penafsiran yang dinamis yang dimaksud dengan melihat kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan kontek kekinian.
"Berbicara tentang LGBT, kita menolak dengan tegas bahwa itu menyalahi sila pertama pancasila. di agama manapun LGBT di larang," katnya.
Namun menyikapi hal ini, kartika menuturkan bahwa dirinya tetap berkawan dan tidak melakukan diskriminasi kepada mereka.
"Kita malah harus memberi penyadaran kepada mereka bahwa yang ia lakukan adalah suatu hal yang salah," katanya.
Artis sekaligus aktivis sosial Olga Lidya mengungkapkan pengalaman sebagai artis sering berinteraksi dengan mereka.
Menurutnya mereka mempunyai talenta yang luar biasa yang bisa memberikan kontribusi positif bagi negara.
"Mereka memberikan kontribusi dalam bidang tertentu. Misalnya mereka ahli disainer yang membanggakan Indonesia di dunia internasional," katanya.
Berkaitan dengan Pancasila, khususnya sila kelima mereka harus diberikan tempat. Diskriminasi kepada mereka bukanlah nilai pancasila.
"Pancasila melindungi semua. Tidak ada diskriminasi kepasa kaum minoritas seperti LGBT," katanya.
Menurutnya bangsa Indonesia adalah bangsa yang luar biasa dengan keanekaragaman suku, bahasa dan agama. Kekayaan ini tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Vivin Sri Wahyuni mengungkapkan bahwa untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila, masyarakat Indonesia harus menjujung tinggi nilai-nilai kemanusian.
Jika mau mengubah kondisi bangsa ini, maka harus kembali dengan mengamalkan nilai-nilai pancasila baik dalam bidang ekonomi, politik dan pendidikan.
"Hingga hingga saat ini indonesia belum menjalankan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lihat saja ekonomi bangsa kita sangat liberal. Dunia pendidikan kita juga diliberalisasikan denga diserahkan ke pasar," katanya.
Baginya, melihat kondisi masyarakat yang belum siap menghadapi liberalisasi maka kesejahteraan masyarakat akan jauh dari harapan. Karena kehidupan ekonomi diintervensi oleh kepantinga asing.
Menurutnya untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan seperti tujuan bangsa ini dibentuk harus kembali pada nilai-nilai Pancasila.
Chrisman Damanik menuturkan bahwa nilai-nilai pancasila apabila dijalankan secara sungguh-sungguh mampu menyelesaikan permasalah bangsa yang kian komplek ini. Pasalnya pancasila lahir dari jiwa masyarakat Indonesia.
Baginya, jika saat ini masih ada pihak yang mempertanyakan apakah pancasila masih relevan untuk menyelesaikan masalah bangsa, itu kurang tepat. Karena selama ini kehidupan berbangsa dan bernegara selama ini jauh dari pengalaman nilai-nilai pancasila.
"Semua sila yang ada di pancasila bertujuan satu yaitu menciptakan kehidupan bangsa yang harmoni dan sejahtera," katanya.
Ketua Umum DPP TMP Maruarar Sirait mengatakan bahwa Pancasila sebagai ideologi dasar akan tetap eksis dan berdiri kokoh jika anak muda secara sungguh-sungguh mengamalkan nilai-nilai pancasila.
"Pancasila akan kokoh tergantung anak muda. Anak muda yang bermacam profesi dari aktivis sampai artis harus mengamalkan nilai pancasila dalam kehidupan nyata," kata Maruarar.
Nilai yang harus dijalankan dalam kontek kekinian adalah bagaimana anak muda mengamalkan semangat pluralisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu anak muda harus menjalankan semangat meritokrasi.
Selain itu, nalai pancasila akan eksis apabila idelogi yang mulia ini bisa dirasakan langsung oleh masyarakat dalam kehidupannya. Yaitu masyarakat yang adil dan sejahtera.
"Jika kesenjangan makin berkurang berarti nilai-nilai Pancasila bener-benar diraskan oleh masyarakat," katanya.