Ribuan Orang Jadi Korban Sindikat Pembobolan Kartu Kredit, Begini Modus Operandi Pelaku
Sebanyak 1600 orang menjadi korban sindikat pembobolan kartu kredit.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 1600 orang menjadi korban sindikat pembobolan kartu kredit.
Komplotan tersebut sudah beroperasi sejak tahun 2014.Adapun keempat pelaku tersebut berinisial GS, A, AH dan PSS.
Keempat orang tersebut adalah pelaku pembobol kartu kredit nasabah dari berbagai bank swasta.
Pelaku yang pertama kali ditangkap yakni PSS. Saat itu, dia diciduk pada 20 Mei 2016 di sebuah kantor provider, PT Indosat Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
"Korbannya banyak, sekitar 1.600 orang, mungkin bisa saja lebih banyak dari yang terdata. Kalau ini tidak dilakukan langkah hukum kerugian terus bertambah," ujar Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Kombes Pol Fadil Imran.
Setelah menangkap PSS, lanjut Fadil, polisi melakukan pengembangan dan menangkap pelaku lainnya. Keempat pelaku ternyata diketahui memiliki peran yang berbeda-beda.
Fadil menjelaskan, para pelaku membagi perannya menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama, bertugas mencuri data customer, tugas itu dilakukan oleh A dan AH yang merupakan pegawai kontrak sebuah bank.
Mereka mudah punya data calon korban lantaran bekerja di bagian marketing pembuatan kartu kredit sebuah bank dengan menawarkan jasanya di pusat perbelanjaan di Jakarta.
"Krusialnya di antara para pelaku ada pegawai outsourcing bank. Mereka dapat data nasabah karena mereka terlibat dalam mendapatkan customer di bank itu," ucapnya.
Sementara, GS berperan sebagai pembuat KTP palsu. Dia juga berperan menarik uang dari akun-akun yang sudah berhasil dicuri. Sementara, PSS, bertugas melakukan perubahan nomor telepon seluler korbannya ke kantor provider. Dia membawa KTP palsu yang dibuat oleh GS.
"Otaknya ini GS. Ide awalnya dari dia. Dia juga memiliki kemampuan di bidang IT dan Dia yang mempengaruhi tersangka-tersangka lain," kata Fadil.