Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Empat Anggota Jaringan Vaksin Palsu Bergerak Rapih Pasok ke RS, Apotek dan Toko Obat

Mereka memiliki konsumen sendiri-sendiri baik itu rumah sakit, apotek, maupun toko obat.

Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Empat Anggota Jaringan Vaksin Palsu Bergerak Rapih Pasok ke RS, Apotek dan Toko Obat
Tribunnews.com/Taufik Ismail
Rumah Pasangan suami-istri, Hidayat Taufiqurohman dan Rita Agustina pelaku yang diduga memalsukan vaksin di Jalan Kumala II, Kemang Regency, Bekasi, Jawa Barat, Senin (27/6/2016). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudah beroperasi selama 13 tahun membuat sindikat jaringan pembuat dan pengedar vaksin palsu memiliki kerja sama yang baik ‎satu dengan yang lainnya.

Mereka memiliki konsumen sendiri-sendiri baik itu rumah sakit, apotek, maupun toko obat.

Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Brigjen Agung Setya mengatakan dalam kelompok ini ada empat jaringan pembuat vaksin palsu.

Rata-rata pasangan pasutri yang ditangkap di Kota Bekasi (R dan G) , Semarang (T dan M) , Tangsel (A) dan Subang (M dan S) lah yang bertugas sebagai pembuat vaksin.

"Tersangka yang pasutri itu perannya sebagai pembuat vaksin," ucap Agung.

Lalu tersangka S dan I berperan sebagai pengepul botol bekas vaksi. Tersangka SU dan SA berperan sebagai pembuat dan pencetak label serta logo vaksin palsu. Selanjutnya mereka-mereka yang menjadi distributor yakni T, D, J, A, dan R.

Berita Rekomendasi

Seorang penyidik yang menangani kasus vaksin palsu ini menuturkan antar para jaringan di sindikat ini memiliki sistem komunikasi ‎yang baik satu sama lain.

"Jadi mereka ini saling komunikasi. Kalau ada kurang bahan atau kurang vaksin palsu bisa minta dulu ke pembuat yang lain. Lalu kalau habis juga bisa minta. Mereka saling mengisi," tuturnya, Rabu (28/6/2016).

Ketika ditanya soal, awal mula dari jaringan mana ‎yang memiliki otak sebagai pembuat vaksin, penyidik itu mengatakan antar sesama jaringan tidak ada yang mau mengaku.

"Mereka tidak mau mengakui, siapa yang lebih dulu atau siapa yang mengajari," tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas