Indonesia Jangan Terseret Arus Konflik Terkait Pembebasan Sandera di Filipina
Sukamta mengingatkan pemerintah berhati-hati dalam pembebasan WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR Sukamta memberikan apresiasi positif kepada pemerintah Filipina yang memberi ruang bagi pasukan Indonesia bisa terlibat langsung dalam pembebasan sandera.
"Kami meminta pemerintah RI untuk tetap kedepankan jalur diplomasi agar meminimalkan korban jiwa," kata Sukamta melalui pesan singkat, Minggu (3/7/2016).
Sukamta mengingatkan pemerintah berhati-hati dalam pembebasan WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf. Sebab, kelompok bersenjata tersebut merupakan penjuang.
"Jangan sampai kita masuk ke medan perang yang tidak kita kuasai dan terlibat perang yang bukan peperangan kita hal itu tentu sesuai asas not interfere kepada sesama anggota Asean, kita tidak perlu campur tangan dengan urusan internal Filipina," kata Politikus PKS itu.
Ia mengingatkan pemerintah Indonesia agar tak terseret arus konflik tersebut. Sukamta juga menegaskan pemerintah jangan sampai diperalat Filipina untuk memberangus kelompok bersenjata disana. Sebab, hal tersebut merupakan urusan dalam negeri Filipina.
Sukamta menuturkan Indonesia memiliki sejarah bagus di Filipina. Dimana, muslim Moro sangat menghargai Indonesia.
"Kalau sekarang mereka berkali-kali menyandera WNI, ini perlu dicari akar masalahnya. Karena sudah berulang, jangan-jangan kita sendiri yang tidak belajar dari kasus terdahulu. Kita lalai," tuturnya.
Namun, Sukamta meminta pemerintah mengedepankan unsut kehati-hatian dalam pembebasan WNI tersebut.
"Perlu dilakukan langkah taktis untuk mencegah terjadinya peristiwa tragis ini. Kerjasama antar negara-negara kawasan untuk melakukan pengamanan bersama perlu segera dilakukan," ujarnya.
Diketahui, setelah mendapatkan sinyal dari Filipina, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengungkapkan, TNI nantinya akan mengekor dengan tentara Filipina dalam rangka pembebasan 7 WNI yang disandera oleh Kelompok Abu Sayyaf.
"Kita akan mengekor dulu," ujar Ryamizard di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (29/6/2016).
Ryamizard mengatakan, saat ini tentara Filipina sudah melakukan pengepungan di lokasi yang diketahui tempat Abu Sayyaf dan para sanderanya berada.
Diberitakan sebelumnya, Ryamizard telah melakukan pertemuan dengan Menhan Filipina Voltaire T Gazmin pada Minggu (26/6/2016).
Keduanya membahas mengenai penyanderaan warga negara Indonesia di Filipina Selatan serta tindak lanjut kesepakatan antara Indonesia, Malaysia dan Filipina soal patroli keamanan bersama di perbatasan ketiga negara.