Menhan: Bagi Saya Perang Itu Gampang, Menyelamatkan Orang yang Sulit
Bukannya lagi tidak ada kerjaan (mereka), ini lagi ada sepuluh ribu (tentara Filipina) yang menyerbu,"
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNEWS.COM, JAKARTA - Sepuluh orang warga negara Indonesia masih disandera kelompok berenjata di Filipina.
Tujuh orang diantaranya awak KM Charles yang diculik dari perairan Filipina Selatan pada akhir Juli lalu dan tiga orang awak kapal berebendera Malaysia yang diculik dari perairan Malaysia oleh kelompok asal Filipina, pada awal Juni ini.
Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengatakan sampai hari ini, Senin (18/7/2016), pemerintah Indonesia masih mempercayakan upaya penyelamatan tersebut kepada pemerintah Filipina.
Kata dia, saat ini sedang dilakukan operasi penyerbuan terhadap kelompok yang diduga bertanggungjawab atas aksi penculikan itu.
"Bukannya lagi tidak ada kerjaan (mereka), ini lagi ada sepuluh ribu (tentara Filipina) yang menyerbu," ujar Ryamizard kepada wartawan di kantor Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Jakarta Pusat.
Ryamizard mengaku berkomunikasi secara intensif dengan Menhan Filipina, Voltaire Gazmin yang akan mengakhiri jabatannya pada 30 Juni mendatang.
Ia mengatakan walaupun menteri-menteri lain di Filipina saat ini sedang sibuk serah terima jabatan, tetapi Voltaire Gazmin masih mau mengakomodir kepentingan Indonesia.
Lanjut dia, Voltaire pun setuju dengan gagasan latihan bersama antara tentara Indonesia, Filipina, dan Malaysia di perairan Selatan Filipina.
Selain itu, kata Ryamizard, Menhan Filipina saat ini setuju dengan wacana masuknya TNI untuk mengamankan kapal Indonesia yang melintas di perairan tersebut.
Kelompok yang bertanggungjawab atas aksi penculikan diduga jumlahnya mencapai 300 orang.
Melalui operasi militer Filipina, sudah ada sekitar 40 orang yang tewas dan sisanya sekitar 80 orang tertangkap dan luka-luka.
Sisanya saat ini masih melakukan perlawanan terhadap operasi yang dilakukan tentara Filipina.
Dikatakannya, untuk merontokan kelompok tersebut tidak lah mudah.
Selain medannya yang berat, mereka bertahan di wilayah yang didukung masyarakat.
Kelebihan itulah yang tidak dimiliki militer Filipina, sehingga selama ini kelompok tersebut sulit ditumpas.
Bila operasi Filipina tidak berhasil, tidak menutup kemungkinan TNI akan masuk untuk ikut membantu.
Hal itu memungkinkan menurut Ryamizard, mengingat Voltaire Gazmin dan pemerintah Filipina sudah memberikan sinyal.
Namun, operasi militer kata dia adalah operasi yang berisiko tinggi.
"Bagi saya perang itu gampang, menyelamatkan orang yang sulit," ujarnya.