Panglima TNI Ceritakan Sulitnya Prajurit Kostrad Tembus Lokasi Persembunyian Santoso Cs
"(Lokasinya) Itu dekat kampung istri (Santoso)," kata Gatot.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menjelaskan, lewat keterpaduan kerja bertahap dengan kesabaran, Satgas Tinombala berhasil memburu jaringan kelompok bersenjata radikal Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.
"Satgas 13 hari yang lalu mereka berangkat (ke Poso). Anda bayangkan sembilan orang (masuk ke wilayah persembunyian Santoso cs) jaraknya hanya 11 Kilometer, tapi perlu waktu tiga hari. Dan hanya bisa bergerak malam hari, karena harus senyap," kata Gatot kepada wartawan di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (19/7/2016).
Menurutnya, prajurit dari Batalyon Raider 515 Kostrad, butuh waktu delapan hari untuk mendekati lokasi persembunyian yang sudah dicurigai sebelumnya.
"(Lokasinya) Itu dekat kampung istri (Santoso)," kata Gatot.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, kenapa proses evakuasi jenazah Santoso lama.
Pasalnya sembilan prajurit Batalyon Raider 515 Kostrad harus memboyong dua jenazah.
"Tapi harus ada pengamanan-kan. Jadi satu jenazah dipanggul empat orang, sisanya tinggal satu orang saja yang berjaga. Situasi hujan, malam hari juga banjir, akhirnya dibuat helipad," kata Gatot.
Sebelumnya, Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian memastikan satu dari dua terduga teroris yang tewas dalam baku tembak di Poso, Senin (18/7/2016) kemarin, adalah Santoso Abu Wardah.
Kepastian itu didapatkan dari proses identifikasi melalui pencocokan sidik jari.
"Informasi yang baru saya dapat, sidik jarinya identik dengan sidik jari dia (Santoso) yang kami punya. Sudah bisa kami simpulkan 100 persen yang bersangkutan Santoso," ujar Tito, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa.
Selain berdasarkan pencocokan sidik jari, kepastian itu juga didapat dari identifikasi melalui pengenalan tanda fisik oleh keluarga dan teman dekat.
Hasilnya juga sama, jenazah itu adalah Santoso.
Adapun, satu jenazah lainnya dipastikan bernama Muhtar. Proses identifikasi Muhtar juga menggunakan metode yang sama seperti identifikasi Santoso.