Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Trauma dan Takut Jadi Alasan Sejumlah Orangtua Tolak Vaksinasi Ulang

"Sudah harga vaksinnya mahal, eh malah palsu. Rupanya meski mahal, tapi tidak terjamin," ujar Raeni.

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Trauma dan Takut Jadi Alasan Sejumlah Orangtua Tolak Vaksinasi Ulang
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Petugas puskesmas memberikan vaksin kepada bayi di Puskesmas Kecamatan Ciracas, Jakarta, Senin (18/7/2016). Pemberian vaksin ulang ini digelar untuk anak-anak yang sebelumnya pernah diberikan vaksin palsu, dan vaksin uni akan diberikan secara bertahap. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Vaksinasi ulang untuk para korban vaksin palsu ditolak oleh orangtua pasien. Trauma dan takut menjadi korban lagi menjadi salah satu alasannya.

Kementerian Kesehatan sebelumnya memang telah menginstruksikan tiga rumah sakit di Jakarta dan Kabupaten Bekasi untuk memvaksinasi ulang pasien.

"Saya masih trauma dengan adanya vaksinasi ulang ini, saya khawatir nanti kejadian tersebut terulang kembali," ujar Catur (35) orangtua pasien di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Sayang Bunda, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.

Kementerian Kesehatan telah menginstruksikan RSU Kecamatan Ciracas, RS Harapan Bunda Kramatjati dan RSIA Sayang Bunda Bekasi untuk memvaksinasi ulang pasien.

Alasannya, ratusan pasien yang pernah vaksin di sana beberapa waktu lalu menggunakan vaksin palsu.

Catur melanjutkan, sehari sebelumnya ia dihubungi oleh satgas Kementerian Kesehatan agar melakukan vaksinasi ulang anak pertamanya yang berusia tujuh bulan. Namun, karena masih trauma dia pun urung memvaksinasi ulang.

"Nanti saja saya vaksin ulang di Puskesmas atau Posyandu milik pemerintah saja," kata Catur.

BERITA REKOMENDASI

Senada diungkapkan oleh Raeni (31) orangtua pasien lainnya di rumah sakit setempat.

Dia sengaja memilih vaksinasi ulang anaknya yang baru berusia empat bulan di rumah sakit milik pemerintah karena lebih terjamin kualitasnya.

"Pokoknya saya vaksin ulang di layanan kesehatan milik pemerintah saja daripada milik swasta," kata Raeni.

Seingatnya, terakhir memvaksin buah hatinya pada bulan lalu dengan biaya Rp 1 juta. Saat itu ia memvaksinasi anaknya dengan jenis vaksin Tripacel.

"Sudah harga vaksinnya mahal, eh malah palsu. Rupanya meski mahal, tapi tidak terjamin," ujar Raeni.


Mengadu ke DPR
Sejumlah orangtua korban vaksin palsu juga mendatangi Gedung DPR kemarin. Para orangtua ingin berkeluh kesah mengenai penanganan vaksin palsu yang diduga diberikan pihak rumah sakit kepada anak mereka.

Orangtua yang tergabung dalam Aliansi Korban Vaksin Palsu itu kemudian ditemui Ketua DPR Ade Komarudin yang didampingi wakil ketua Fahri Hamzah, Agus Hermanto dan Fadli Zon.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas