Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kenangan Habibie Dipanggil Soeharto Pulang ke Indonesia

Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar BJ Habibie mengenang saat dirinya dipanggil Presiden ke-2 RI Soeharto.

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kenangan Habibie Dipanggil Soeharto Pulang ke Indonesia
Tribunnews.com/Wahyu Aji
Presiden ke-3 RI, Bacharuddin Jusuf Habibie 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar BJ Habibie mengenang saat dirinya dipanggil Presiden ke-2 RI Soeharto. Saat itu, ia pulang ke tanah air dari Jerman tempatnya menempuh pendidikan.

Kenangan itu ia ceritakan kepada kader Golkar saat menjadi pembicara di Rapimnas Golkar, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (27/7/2016).

"Saya dipanggil pulang oleh Pak Harto untuk membangun Indonesia. Persisnya 28 Januari 1974 hari Senin, jam 8 malam di Cendana," kata Habibie.

Habibie diterima Soeharto di kediaman pribadinya. Saat itu, Soeharto meminta Habibie untuk mempersiapkan Indonesia menuju era tinggal landas. Ia sempat mempertanyakan keinginan Soeharto itu.

Sebab, saat itu Habibie berusia 38 tahun sehingga merasa masih muda untuk diberi tanggungjawab besar. "Saya bilang masih ada yang lebih senior," kata Presiden ke-3 RI itu.

Habibie sempat menolak permintaan Soeharto. Ia ingin berkonsentrasi membuat pesawat terbang. "Saya disuruh buat industri strategis. Kata Pak Harto, Rudy (panggilan Habibie) kamu boleh buat apa saja di bumi Indonesia tapi tidak buat revolusi," katanya.

Berita Rekomendasi

Pada tahun 1978, Habibie menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Golkar. Sedangkan Soeharto menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina. Habibie menjabat posisi tersebut selama 22 tahun.

Saat peralihan kekuasaan, Habibie merasa mendapatkan cek kosong. Pada tahun 1998, ia lalu memutuskan untuk menggelar Munaslub Golkar di Hotel Indonesia. Munaslub akhirnya digelar pada tanggal 9-11 Juli 1998.

"Saya ubah Golkar sebagai Golongan Karya menjadi Partai Golkar. Karena apa, dalam demokrasi tidak bisa hanya satu atau dua partai, tidak bisa top down tapi bottom up," ujarnya

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas