Kata Busyro, Masalah Terorisme di Poso Bisa Diselesaikan dari Sudut Pandang Antropoligis
Apalagi Santoso yang disebut-sebut pimpinan MIT tewas dalam baku tembak dengan aparat belum lama ini.
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim 13 Pemberantasan Terorisme yang dibentuk oleh Komnas HAM beserta lembaga-lembaga lainnya dalam waktu dekat akan terjun ke Poso, Sulawesi Tengah untuk melakukan tindakan persuasif yang bertujuan membawa sisa kelompok bersenjata di wilayah itu keluar dari hutan secara damai.
Tindakan ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari menyerahnya beberapa anggota kelompok yang menamakan diri Mujahidin Indonesia Timur (MIT) itu.
Apalagi Santoso yang disebut-sebut pimpinan MIT tewas dalam baku tembak dengan aparat belum lama ini.
Terakhir Jumri alias Tamar menyerahkan diri kepada pihak kepolisian tanggal 5 Agustus 2016 dengan diantarkan keluarga.
Pengurus Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Busyro Muqoddas yang juga tergabung dalam tim tersebut menjelaskan bahwa problem terorisme di Poso bisa dituntaskan dengan melihat dari sudut pandang antropologis.
Ia mengatakan bahwa munculnya kelompok bersenjata di sana diawali dari konflik horizontal pada Desember 1998 dan 2007.
"Lewat survei di sana, berbincang dengan keluarga anggota kelompok bersenjata, kita jadi tahu bahwa mereka muncul dan memerangi aparat keamanan karena penyelesaian yang ditawarkan negara adalah lewat jalan kekerasan," ungkap Busyro kepada wartawan ketika ditemui di Kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhary, Jakarta Pusat, Selasa (9/8/2016).
Busyro melanjutkan bahwa anggota kelompok bersenjata tersebut juga sudah lelah dengan pertikaian yang terus menerus terjadi.
Mereka hanya ingin adanya jaminan keamanan dan perlindungan hukum jika mereka menyerahkan diri.
"Kalau kelelahan mereka tidak ditanggapi juga salah. Masalah tidak akan selesai dan justru mengendap menjadi beban dan konflik akan terus menerus terjadi," keluh Busyro.
Sementara Ketua Komnas HAM, Hafidz Abbas menyatakan bahwa permasalahan Poso harus dilihat secara komprehensif, tidak bisa secara imparsial.
"Kita juga akan dibantu dengan suntikan baru dari tenaga medis Mer-C. Kita akan bersinergi dengan Badan Nasional Penganggulangan Terorisme dan Polri yang tergabung dalam Operasi Tinombala. Mereka juga telah berkomitmen untuk mengedepankan upaya persuasif," jelas Hafidz.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.