Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

SBY Lebih Berat Teken Persetujuan Buku Kumpulan Puisi Ketimbang Keppres

Tak hanya bermain gitar, menulis lagu dan buku, bernyanyi, Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, juga menulis puisi.

Penulis: Valdy Arief
Editor: Y Gustaman
zoom-in SBY Lebih Berat Teken Persetujuan Buku Kumpulan Puisi Ketimbang Keppres
Ist/Tribunnews.com
Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan beberapa anggota Cadaka Dharma 73, paguyuban alumni Akabri lulusan 1973, saat peluncuran buku puisi di Sasana Kriya, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Selasa (9/8/2016). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Valdy Arief

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak hanya bermain gitar, menulis lagu dan buku, bernyanyi, Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, juga menulis puisi.

Konon, SBY merasa lebih berat menandatangani persetujuan mana saja puisi yang hendak diterbitkan, ketimbang menandatangani keputusan presiden. Satu di antara puisi SBY berjudul Siapa Salah.

Siapa Salah

Kenapa kau kalah Sang Kandidat

Ya, bagaimana aku tidak kalah
Tim kampanyeku payah
Partaiku banyak masalah
Pengikutku juga mudah menyerah

Ooo,itu penyebabnya

Berita Rekomendasi

Bukan hanya itu, KPU-nya kacau dan gamang
Saya yakin lawan saya pun curang
Pasti tidak pula mereka punya uang

Nah, kalau kesalahan kamu?

Kesalahanku....
Aku salah memilih orang-orang

Mungkin, ada juga kekurangan kamu sendiri?

Kekuranganku,
Seharusnya mereka saya pecat dan saya tendang

Jakarta, 28 Juli 2008

Puisi Siapa Salah diambil dari kumpulan puisi, "Membasuh Hati di Taman Kehidupan." Puisi ini tertulis dalam buku Menggapai Bintang dan Matahari. Buku terbitan Grasindo ini berisi kumpulan puisi SBY dan beberapa anggota Cadaka Dharma 73, paguyuban alumni Akabri lulusan 1973.

Penyelaras bahasa dari Penerbit Grasindo, Adi Pramono, menceritakan ketatnya proses pengumpulan 171 puisi yang disumbang 46 perwira TNI dan Polri seangkatan SBY. Buku ini terbagi dalam tujuh episode dengan tema berbeda.

Penerbit Grasindo, sambung Adi, hanya bertugas mencetak naskah dan membuat rancangan sampul draf buku. Ketika buku masuk sekitar November 2015, penerbit baru bisa menerbitkan pada Agustus 2016 karena prinsip 'kehati-hatian.'

Adi membenarkan SBY teramat hati-hati sebelum karyanya diterbitkan. Cerita itu ia dapat dari Ketua Panitia Penyusunan Buku, Laksamana Muda (Purn) Darmawan.

"Pak Darmawan bilang, untuk tanda tangan persetujuan, Pak SBY merasa lebih berat ketimbang saat menandatangani Keppres (Keputusan Presiden)," cerita Adi.

Buku Menggapai Bintang dan Matahari merupakan kumpulan puisi karya Susilo Bambang Yudhoyono dan anggota Cadaka Dharma 73, paguyuban alumni Akabri lulusan 1973. TRIBUNNEWS.COM/RAVIANTO

Selain ada semacam seleksi kualitas puisi yang mereka tampung, detil penulisan juga turut mendapat perhatian. "Kami juga lihat hingga titik komanya," kata Darmawan dalam kesempatan terpisah.

SBY sebagai pencetus buku setebal 316 halaman itu sama sekali tidak menyinggung saat peluncurannya di Sasana Kriya, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Selasa (9/8/2016).

Suami Kristiani Yudhoyono ini menyatakan seluruh puisi di dalam buku tersebut ia tulis sendiri. "Salah satu saja dari seribu memori yang tersimpan dalam hati dan kenangan kami," tulis SBY.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas