Ini Cara Anggota Paskibraka Obati Rasa Rindu kepada Orangtua
Paskibraka harus berada jauh dari keluarga hingga kurang lebih satu bulan lamanya. Rasa rindu dengan orangtua pun tidak terelakkan.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) harus berada jauh dari keluarga hingga kurang lebih satu bulan lamanya. Rasa rindu dengan orang terdekat khususnya orang tua pun tidak terelakkan.
Anggota Paskibraka asal Sulawesi Utara, Krisan Sangari pun turut merasakan rasa rindu terhadap orang tua-nya. Ia mengaku sudah memiliki siasat untuk menyikapi rasa rindu-nya kepada kepada orang tua.
"Lewat doa saja obati rindunya. Saya selalu berdoa untuk orang tua saya setiap hari," kata Krisan saat ditemui di Lapangan Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PP PON), Cibubur, Kamis (11/8/2016).
Dara asal Tomohon itu menuturkan, sebelum masuk ke karantina, dirinya sudah menetapkan hati untuk bersungguh-sungguh mengikuti pelatihan Paskibraka. Dirinya pun mencoba profesional dalam menjalani karantina.
"Sebelum masuk di karantina sudah menetapkan hati untuk jalankan (pelatihan Paskibraka). Ini adalah tugas negara," ujarnya.
Berbeda lagi dengan Laurensius yang merupakan anggota Paskibraka 2016 asal Maluku. Pria yang akrab disapa Lauren itu memiliki cara tersendiri dalam mengobati rasa rindu dengan orang tua-nya.
"Saya selalu melihat foto Papa di KTP. KTP papa kebetulan saya bawa, jadi kalau kangen saya selalu lihat itu," tutur Lauren.
Lauren mengaku, meski jauh dari orang tua, dirinya bangga dapat menjadi wakil provinsinya dalam ajang Paskibraka 2016. Dirinya pun memiliki keinginan membahagiakan orang tuanya dengan prestasi yang ia lakukan.
"Semoga orang tua saya bangga dengan apa yang saya lakukan sekarang. Saya ingin buat orang tua bangga," ujarnya.