Pengamat: Praktik Nepotisme Masih Warnai Pilkada 2017
pilkada tidak terlepas dari berbagai kepentingan elite lokal dalam mencalonkan diri atau dicalonkan oleh partai politik.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pilkada serentak memang baru akan digelar di bulan Februari 2017.Jelang pendaftaran calon pasangan resmi ke KPUD setempat, rekomendasi politik dari partai-partai pengusung sangat mempengaruhi konstelasi politik lokal.
Pengamat komunikasi politik dari Pascasarjana Universitas Bina Nusantara Jakarta, Dr Muhammad Aras menilai, pilkada tidak terlepas dari berbagai kepentingan elite lokal dalam mencalonkan diri atau
dicalonkan oleh partai politik.
Akibatnya, penguasa partai politik di daerah kerap membuka terjadinya transaksi politik bahkan emungkinkan terjadinya nepotisme dalam pencalonan kepala daerah.
"Masyarakat kita sangat sensitif dengan isu-isu nepotisme apalagi korupsi dan kolusi. Wajar jika ada calon yang terindikasikan KKN, pemilih akan jengah dan positioning partai untuk investasi politik di Pemilu 2019 nanti akan jeblok,"ujar Aras dalam pernyataannya yang diterima tribunnews.com, Rabu (17/8/2016).
Dikatakan, Pilkada serentak 2017 sendiri masih diwarnai dengan aroma nepotisme di beberapa daerah. Misalnya, kerabat terpidana kasus korupsi mantan Gubernur Banten Ratu Atut masih berlaga di pilkada gubernur Banten.
Kemudian di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung misalnya Ketua DPC PDIP Tulang Bawang Winarti 'ngotot; disorongkan sendiri oleh Wakil Ketua DPC PDIP Tulang Bawang Kadek yang notabene suaminya sendiri.