Di Depan Ribuan Mahasiswa Baru USU, Cak Imin Beberkan Lima Strategi Tingkatkan Daya Saing
Kunci kesuksesan dalam kontestasi global suatu negara terletak pada daya saingnya.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Kunci kesuksesan dalam kontestasi global suatu negara terletak pada daya saingnya.
Negara yang tidak berdaya saing niscaya akan terlempar dari sejarah dan hanya akan menjadi penonton dalam kompetisi global.
Bahkan menurut Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Muhaimin Iskandar, negara dengan daya saing yang rendah, tidak hanya akan mengalami defisit neraca perdagangan baik barang maupun jasa, namun struktur perekonomiannya juga terancam mengalami kehancuran.
Padahal, ungkap pria yang akrab disapa Cak Imin itu, saat ini era persaingan bebas sudah berjalan melalui berbagai kesepakatan dunia melalui WTO dan pernjanjian-perjanjian Internasional lainnya.
Di depan mata telah berlangsung era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). MEA merupakan kesepakatan antar negara-negara anggota ASEAN di bidang ekonomi yang diberlakukan sejak 31 Desember 2015.
Persaingan bebas di bidang ekonomi bahkansudah dimulai jauh sebelum MEA diberlakukan.
“Pasar bebas ini merupakan konsekuensi dari arus globalisasi yang telah dan tengah berlangsung,” katanya saat menyampaikan kuliah umum di hadapan ribuan mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, Kamis (25/8/2016).
Turut hadir dalam acara tersebut, Sekjen DPP PKB Abdul Kadir Karding, Staf Khusus Menristekdikti Lukman Hakim, Rektor USU Runtung Sitepu
Cak Imin, mengatakan Indonesia dengan total populasi penduduk terbesar keempat di dunia sudah semestinya Indonesia menjadi negara yang diperhitungkan dalam dinamika global bahkan dapat menjadi salah satu poros ekonomi dunia.
Namun demikian, kesiapan daya saing Indonesia agaknya masih perlu ditingkatkan agar siap memegang peran tersebut. Jika melihat beberapa data yang dikeluarkan oleh lembaga Internasional dapat dilihat bahwa peningkatan posisi daya saing Indonesia jauh dari harapan.
Ia mengutip data World Economy Forum (WEF) 2015-2016 bahwa, daya saing Indonesia berada di peringkat 37 dari 140 Negara yang disurvei. Capaian tersebut cukup baik mengingat posisi Indonesia masih berada di atas beberapa negara berkembang lain seperti Brazil, Turki, dan Afrika Selatan bahkan beberapa negara Eropa seperti Italia, Portugal dan Rusia.
Akan tetapi ternyata, ujar Cak Imin, di lingkup regional ASEAN, Indonesia belum bisa menjadi raja karena masih di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. “Pada konteks MEA, percepatan peningkatan daya saing penting sebagai fokus kerja bersama pemerintah dan masyarakat,” tutur mantan menakertrans ini.
Cak Imin melihat upaya pemerintahan Jokowi meningkatkan daya saing dari pembangunan infrastruktur hingga peningkatan sumberdaya manusia, akan tetapi, upaya tersebut belum berhasil mendongkrak pertumbuhan ekonomi, stabilitas nilai tukar rupiah, pengurangan angka kemiskinan dan penggangguran.
Justru di sisi lain, ujar Cak Imin, defisit anggaran meningkat yang berdampak pada meningkatnya utang. Sementara daya saing produk-produk domestik masih kalah dibandingkan negara-negara lain. “Itu semua menunjukkan bahwa fondasi ekonomi dan daya saing bangsa ini masih jauh dari harapan.,” paparnya.
Cak Imin meyakinkan pemaparan di atas semata untuk menunjukkan Indonesia berada dalam arena persaingan global yang sangat menantang dan tidak mudah. Kondisi ini harus menjadi cambuk membawa bangsa Indonesia menaklukkan tantangan itu. “Lalu menjadi pemenang dan bukan pecundang dalam persaingan global yang ketat dan kerapkali jahat itu,” katanya.
Cak Imin meyakinkan Indonesia mampu menjadi pemenang dengan modal sumber daya manusia dan kekayaan alam yang melimpah. Ia menyebutkan lima strategi memenangkan persaingan global tersebut.
Kelima strategi itu, ungkap Cak Imin, adalah segera bangun industri hilir baik di bidang pangan maupun SDA, peningkatan kreativitas generasi muda, negara harus memegang kendali atas sumber-sumber pangan dan sumber air sepenuhnya untuk kebutuhan dalam negeri,
Selain itu, imbuh Cak Imin, segera membangun pertanian, perikanan dari hulu hingga hilir sebagai basis kekuatan negara dan menjalankan nilai-nilai Pancasila dalam setiap sendi kehidupan untuk menangkal pengaruh negatif globalisasi. “Pancasila adalah benteng negara dalam menghadapi gempuran negatif globalisasi,” katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.