''Ada Apa Dengan Presiden, Kok Mati-matian Ingin Arcandra Kembali?''
Dia melihat Pemerintah terkesan sangat membutuhkan Arcandra sehingga proses alih kewarganegaraannya diurus begitu cepat.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Ada apa dengan Presiden, kenapa mati-matian ingin memasukan Arcandra Tahar kembali dalam kabinetnya? Apakah hanya dia orang yang baik dan punya kompetensi di bidang ESDM?"
Demikian Pengamat Politik Formappi Sebastian Salang mengatakan kepada Tribunnews.com, Jumat (9/9/2016).
Dia melihat Pemerintah terkesan sangat membutuhkan Arcandra sehingga proses alih kewarganegaraannya diurus begitu cepat.
Selain itu dia tegaskan, Pemerintah akan dinilai tidak konsisten. Sudah memberhentikan kemudian diangkat kembali.
"Ada kepentingan apa kok begitu ngotot," ujarnya.
Sebagai anak bangsa dia tentu saja apresiasi kepada Arcandra dan putra-putri bangsa yang lain yang telah berprestasi di negara lain. Mereka adalah aset bangsa.
"Ketika diminta pulang oleh presiden untuk mengabdi kepada bangsa dan negara mereka siap. Dari sisi itu tentu saja perlu diapresiasi. Tetapi proses rekrutmen juga betul agar tidak bermasalah dikemudian hari dan tidak mempermalukan bangsa ini dihadapan bangsa lain," pesannya.
Pasalnya berdasarkan catatannya, proses pengangkatan Arcandra oleh Presiden Jokowi tanpa melalui proses penelitian yang mendalam terkait urusan administrasi dirinya karena dia diambil dari luar negeri. Dan trecrecordnya selama ini.
Terlihat sekali prosesnya sangat tergesa-gesa dan tanpa persiapan yang mantang.
"Hal ini adalah potret buruk menejemen tim kepresidenan Jokowi. Atau bisa juga merupakan gambaran bahwa presiden tidak terlalu yakin dan percaya pada timnya sehingga semuanya dilakukan sendiri," jelasnya.
Proses pencopotannya juga cukup misterius tanpa penjelasan yang jelas dan gamblang tentang apa sesungguhnya yang terjadi? Dan mengapa diganti?
"Hal ini menimbukan prasangka buruk publik baik terhadap Archandra maupun kepada Presiden," ucapnya.(*)