Kisah Aiptu Surya Indra Kesuma Diminta Tahanan Jadi Imam Shalat Jumat
Bintara yang menjabat sebagai Kasat Tahanan dan Barang Bukti (Tahti) Polres Klaten ini ternyata berperan juga sebagai penceramah agama di tahanan.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aiptu Surya Indra Kesuma punya 'profesi' tambahan di kantor Polres Klaten.
Bintara yang menjabat sebagai Kasat Tahanan dan Barang Bukti (Tahti) Polres Klaten ini ternyata berperan juga sebagai penceramah agama di tahanan.
”Orang di dalam sel itu tentu ada orang yang bermasalah. Jadi, saya bisa langsung mengajak ber-amar makruf nahi munkar pada orang yang bermasalah,’’ katanya, seperti dikutip dari laman Facebook Divisi Humas Polri, Sabtu (10/9/2016).
Menurut pria kelahiran Medan, 19 September 1965 itu, sebagai anggota Polri, ia tidak pernah membayangkan akan menjadi penceramah dan imam bagi para tahanan Polres, yang statusnya tersangka.
Meskipun sudah sering menjadi imam jamaah shalat di Perum Citra Indah tempatnya tinggal, tetap saja baginya tidak terbayangkan akan menjadi khatib dan imam di sel.
Ya, sejak Januari 2015 setelah dipercaya menjabat Kasat Tahti, dirinya diminta membina para tahanan oleh Kapolres AKBP Langgeng Purnomo.
Awalnya saat itu pembinaan hanya terbatas perseorangan. Namun, tidak disangka gayung bersambut.
Para tahanan yang mayoritas muslim justru memintanya untuk menjadi imam shalat di sel. Dari permintaan itulah, kemudian secara rutin diadakan shalat berjamaah di sel.
Bahkan, para tahanan meminta ada shalat Jumatan di sel. Alasannya, untuk shalat Jumat ke masjid jelas tidak mungkin. Padahal, shalat Jumat tidak bisa ditinggalkan.
Sejak itu, kisah bapak tiga putra itu, menjadi imam dan khatib di tahanan. Namun untuk mendidik tahanan agar menjadi lebih baik saat dia keperluan di luar, diapun menunjuk imam dari kalangan penghuni sendiri.
Untuk khutbah Jumat, penghuni tahanan memang belum mampu sehingga dirinya harus memberikan khotbah.
Apa tidak takut ? Alumnus Secaba XII 1989/ 1990 itu mengaku tidak merasa khawatir atau takut meski makmum adalah para tahanan.
”Malah setelah shalat kadang ada tahanan mau mencium tangan,’’ jelas penggemar olahraga jalan sehat itu.
Kini, berkat keuletannya membina tahanan, jamaah shalat lima waktu dan Jumat sudah rutin di sel. Saat khutbah, materi diutamakan soal taubat dan akidah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.