Antisipasi Radikalisme, Pedagang Keliling di Perbatasan Indonesia-Filipina Dipantau Ketat
Daerah perbatasan Indonesia dengan Filipina, khususnya di wilayah Tagulandang kini dibanjiri pedagang keliling.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, TAGULANDANG - Daerah perbatasan Indonesia dengan Filipina, khususnya di wilayah Tagulandang kini dibanjiri pedagang keliling.
Mereka adalah para pendatang, bukan warga asli Tagulandang.
Mereka berkunjung khusus untuk berjualan kaca mata, remote, dan lainnya.
Selesai berdagang, para pendatang itu pergi meninggalkan Pulau Tagulandang.
Dikhawatirkan, ada teroris atau penyebar gerakan radikal yang menyamar menjadi pedagang kemudian bermukim di Tagulandang.
Untuk mengantisipasi hal itu, Kepolisian bersama Pemerintah Daerah mengawasi betul para pedagang keliling tersebut.
"Para pendatang kami pantau betul, utamanya para pedagang keliling karena wilayah Tagulandang ini banyak pedagang keliling dari luar pulau," ujar Kabag Ops Intel Polres Sangihe, Ipda G Abas, Jumat (23/9/2016) di Pendopo Tagulandang.
Pemantauan yang dilakukan yakni mendata betul para pedagang keliling, mereka diharuskan menitip KTP dan dicatat apa keperluannya.
Apabila sudah selesai berdagang, mereka bisa kembali mengambil KTP dan meninggalkan Pulau Tagulandang.
Jika mencurigakan, bisa saja mereka diserahkan ke Polsek Tagulandang.
"Mereka pedagang keliling dari luar itu dicacat, jualan apa, dari mana dan KTP diperiksa. Kalau dicurigai bisa dibawa ke Polsek. Termasuk kami razia kost-kostan dan kontrakan yang dihuni para pendatang," katanya.
Lebih lanjut, Maria warga Kampung Popente membenarkan wilayah Tagulandang memang dibanjiri pedagang keliling yang rata-rata dari Pulau Jawa.
"Di sini banyak pedagang keliling, rata-rata dari Jawa. Mereka jualan kaca mata, jam, rantei, hordeng dan sepatu. Untungnya selama ini mereka didata di Pelabuhan jadi jelas semua."
"Kami takut juga kalau mereka menyusup atau menyamar," kata Maria.