Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Panglima TNI: Cerita Satha Kurawa Mengisahkan Tentang Dendam, Iri Hati dan Keserakahan

Dalam pertempuran, tewaslah seratus orang Kurawa, termasuk dari pihak Pandawa.

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Panglima TNI: Cerita Satha Kurawa Mengisahkan Tentang Dendam, Iri Hati dan Keserakahan
Wahyu Aji/Tribunnews.com
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTAPanglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, sebagai warga bangsa Indonesia sepatutnya bangga karena mewarisi gen bangsa Patriot yang berjiwa ksatria.

"Karena setiap suku bangsa Indonesia masing-masing memiliki tarian perang dan senjata perang untuk mempertahankan diri. Identititas jati diri TNI menjadi semakin kuat dan kokoh, karena menyatu dengan karakter gotong royong yang tidak dimiliki oleh bangsa lain," kata Gatot Nurmantyo pada acara pagelaran wayang orang dengan cerita Satha Kurawa di Theater Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Minggu (2/10/2016) malam.

Menurutnya, pagelaran wayang orang tersebut selaras dengan visi Presiden Joko Widodo dalam memulihkan harga diri bangsa, dengan mengusung kepribadian dan kebudayaan.

"Pembangunan karakter bangsa dan kegotong royongan merupakan realitas Kebhinekaan dan terus dibina serta dilestarikan," katanya.

"Gotong royong dalam bahasa Inggris, Arab, China tidak ada, hanya Indonesia yang memiliki bahasa gotong royong. Hal ini merupakan potensi dan modal dasar dalam melakukan revolusi mental untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa pemenang," kata Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.

Dalam kesempatan tersebut Panglima TNI juga menjelaskan bahwa, cerita Satha Kurawa mengisahkan tentang dendam, iri hati dan keserakahan Warga Kurawa terhadap saudara sendiri, yaitu Wangsa Pandawa.

Dengan cara licik dan tipu muslihat dilakukan oleh Kurawa untuk merebut dan menguasai tahta kerajaan Pandawa.

Berita Rekomendasi

Klimaks dari perseteruan antara Kurawa dan Pandawa mengakibatkan perang saudara. Peperangan berlangsung selama delapan belas hari sejak matahari terbit hingga malam.

Dalam pertempuran, tewaslah seratus orang Kurawa, termasuk dari pihak Pandawa.

Bharatayudha menyiksakan kepedihan dan kerugian yang luar biasa bagi kedua pihak.

Di akhir cerita, kemenangan berpihak kepada pada kebenaran. Wangsa Pandawa berhasil merebut kembali kerajaan Hastinapura.

"Pesan singkat dari cerita wayang orang tersebut, bahwa bagi siapa saja baik menang maupun kalah dalam perang, keduanya akan mengalami penderitaan dan kesengsaraan," kata Gatot.

Sementara itu, pemain dalam pagelaran Wayang Orang tersebut, dari Perwira Tinggi (Pati) TNI yaitu, Marsdya TNI FHB. Soelistyo, sebagai Begawan Abiyasa, Mayjen TNI Yoedhi Swastono sebagai Nakula, Mayjen TNI Yoedhi Swastanto, sebagai Sadewa, dan Brigjen TNI Firman Achmadi, sebagai Werkudoro.

Sedangkan pemain dari kalangan artis Ray Sahetapy berperan sebagai Destarata, Kresna oleh Ario Bayu, Dewi Kunthi oleh Maudy Koesnaedy, Srikandi oleh Olivia Zalianty, Gondo Asmoro oleh Inayah Wahid, Dursilowati oleh Feni Rose, Gendari oleh Giok Hartono, Drupadi oleh Aylawati Sarwono, dan Dewi Madrim oleh Gendis Soeharto.

Hadir pada Pergelaran Wayang Orang tersebut antara lain, Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, mantan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Wapres Tri Sutrisno, Mantan Wapres ke-11 DR. Boediono, segenap Menteri Kabinet Kerja, Ketua Fraksi DPR, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, para Kepala Staf Angkatan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas