MUI: Keluarga Benteng Pertama Bagi Anak dan Remaja Indonesia Tangkal Pengaruh Paham Terorisme
Ketua Komisi Dakwah MUI KH Cholil Nafis mengingatkan bahwa keluarga adalah benteng pertama bagi anak dan remaja Indonesia dari pengaruh paham teroris.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Serangan tunggal seperti dilakukan Sultan Aziansyah (22) di Pos Polisi Tangerang dan Ivan Armadi Hasugian (18) di Gereja Katolik Stasi St. Yosep Medan dilakukan seorang anak muda.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberikan nasihat agar tidak ada lagi remaja atau anak muda bangsa ini termakan rayu pengaruh paham terorisme seperti yang ISIS kembangkan.
Kepada para orang tua, Ketua Komisi Dakwah MUI KH Cholil Nafis mengingatkan bahwa keluarga adalah benteng pertama bagi anak dan remaja Indonesia dari pengaruh paham terorisme.
"Keluarga perlu segera memantau dan mengatasi pada anak yang mengalami perubahan pemikiran dan perilaku yang tidak normal," ujar Cholil kepada Tribunnews.com, Jumat (21/10/2016).
Selain itu, keluarga pun harus mendekatkan anak-anak mereka kepada tokoh agama yang memiliki paham Islam wasathiyah.
Pasalnya, akhir-akhir ini pengaruh media sosial sangat signifikan dalam mendoktrin idelogi terorisme kepada remaja maka perlu diajarkan kepada anak agar menggunakannya dengan cerdas.
Bagi remaja dan anak muda, KH Cholil Nafis mengatakan hendaknya belajar agama pada ahlinya dan keteladanannya telah terbukti dalam kehidupan sehari-harinya.
"Masyarakat kalau mau belajar agama pada ahli agama, yang track record-nya telah diketahui dan keteladannya pun telah terbukti," saran Cholil.
Selain itu, kata dia, perlu diingat bahwa ajaran agama bukan untuk mengejar kekuasaan. Agama lebih pada ajaran untuk menyebar akhlak mulia dan berbuat baik pada sesama.
Di zaman yang serba canggih teknologi, informasi begitu banyak baik itu yang benar maupun yang sesat.
Karenanya, masyarakat diminta untuk dapat menyeleksi dan memilah-pilah informasi yang baik.
Dia mengimbau anak muda memakai akal sehat. Karena agama itu tidak bertentangan dengan akal sehat kita.
"Sekali lagi, masyarakat hendaknya belajar agama itu kepada orang yang sudah dikenal mengenai kapasitas ilmunya. Hendaklah pilah-pilah informasi keagamaan dengan benar. Dan itu bagi pemula pasti perlu guru," katanya. (*/Malau)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.