Beda Jokowi dan JK Soal Golkar
Di awal masa pemerintahan, Joko Widodo - Jusuf Kalla hanya didukung koalisi yang menguasai suara minoritas di parlemen, yakni 208 dari 560 kursi.
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan TRIBUNnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNES.COM, JAKARTA - Di awal masa pemerintahan, Joko Widodo - Jusuf Kalla hanya didukung koalisi yang menguasai suara minoritas di parlemen, yakni 208 dari 560 kursi.
Dua tahun kemudian pemerintah sukses mengantongi suara mayoritas.
Partai Amanat Nasional (PAN) kini berbalik mendukung pemerintahan Jokowi-JK.
Selain itu Partai Golkar pemilik suara terbesar kedua di parlemen juga merapat mendukung pemerintahan Jokowi-JK.
Namun, kesuksesan pemerintahan Joko Widodo dalam merangkul Partai Golkar, bukanlah hal yang mudah.
Ada proses panjang yang harus ditempuh, bahkan juga harus menghadapi wakilnya sendiri, Jusuf Kalla yang merupakan matan Ketua Umum Partai Golkar.
Drama antara Joko Widodo, Jusuf Kalla, dan Partai Golkar bermula setelah pasangan tersebut memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.
Partai Golkar yang di awal pemerintahan memutuskan untuk menjadi oposisi sempat diganyang konflik internal antara pro pemerintah dan yang kontra.
Di awal masa pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla cerita tentang Partai Golkar hanyalah cerita soal dua kubu yang sama-sama mengklaim paling berhak menguasai partai.
Di jalur hukum kubu Aburizal Bakrie yang kontra pemerintah akhirnya menang.
Namun, ia tidak bisa benar-benar menguasai partai.
Jusuf Kalla akhirnya turun tangan untuk menyelesaikan konflik.
Kedua kubu yang sepertinya sudah kehabisan tenaga untuk berkonflik.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.