Polisi Bersorban dan Polwan Berjilbab Ditempatkan di Barisan Depan Pengunjuk Rasa 4 November
Selama berada di lapangan, pasukan itu melantunkan nama-nama Allah SWT, berdzikir, dan memanjatkan doa.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Instansi Polri akan menurunkan pasukan 'Asmaul Husna' dan Polwan berjilbab saat pengamanan aksi unjuk rasa di DKI Jakarta, pada Jumat (4/11/2016).
Anggota pasukan 'Asmaul Husna' adalah polisi bersorban dan berpeci dari satuan Brimob yang didatangkan dari berbagai daerah.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Awi Setiyono, mengatakan pasukan 'Asmaul Husna' merupakan hasil inovasi dari Korps Brimob Mabes Polri.
Selama ini, pasukan bersorban dan berpeci putih itu sudah diterjunkan di beberapa tempat.
Baca: Politikus Gerindra Menentang Polisi Bersorban Amankan Demo 4 November, Katanya Bahaya
Baca: Polisi Bersorban Akan Diturunkan Saat Demo Besar-besaran 4 November
Baca: Lebay, IPW Minta Polri Urungkan Rencana Terjunkan Polisi Berjubah dan Bersorban
Selama berada di lapangan, pasukan itu melantunkan nama-nama Allah SWT, berdzikir, dan memanjatkan doa.
Ini dilakukan untuk meredam emosi dari para pengunjuk rasa dan petugas keamanan yang melakukan pengawalan.
"Kami mengharapkan pembacaan Asmaul Husna, Polri bisa menahan diri, pendomo menahan diri. Sama-sama menahan diri, karena ini kalimat memuji Allah. Ada 99 asma Allah. Itu doa, minta keselamatan, keberkahan, sehingga pelaksanaan demo berjalan damai," ujar Awi kepada wartawan ditemui di Mapolda Metro Jaya, Kamis (3/11/2016).
Selain pasukan 'Asmaul Husna', kata dia, instansi Polri juga menerjunkan Polwan berjilbab.
Dia menjelaskan, Polwan berjilbab diterjunkan sebagai pihak negosiator.
"Pertama demo, kami sambut dengan polwan-polwan berhijab, memang mereka kami tunjuk sebagai negosiator untuk menenangkan situasi jangan sampai psikologi massa itu berbeda dengan kami yang sendiri-sendiri, jangan sampai ada provokator menyusup," tambahnya.
Rencananya, Solidaritas Muslim Indonesia akan menggelar aksi unjuk rasa di seberang Istana Negara, Balai Kota DKI Jakarta dan Kantor Bareskrim Polri, pada Jumat (4/11/2016).
Aksi unjuk rasa ini dinilai sebagai bentuk tuntutan kepada Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, yang diduga telah melakukan penistaan agama.