Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Akom Jelaskan Alasan Tak Berikan Izin Pendemo Masuk Gedung DPR

Ketua DPR Ade Komarudin meminta Sekjen DPR Winantuningtyastiti Swasanani tidak membuka Gedung MPR/DPR bagi para pendemo.

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Akom Jelaskan Alasan Tak Berikan Izin Pendemo Masuk Gedung DPR
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Sejumlah massa memadati depan Gedung DPR/MPR, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (4/11/2016) malam. Para pengunjuk rasa yang sebelumnya berdemonstrasi di kawasan Monas mulai bergerak menuju Kompleks Parlemen untuk melanjutkan aksi menuntut pemerintah mengusut kasus dugaan penistaan agama dengan terlapor Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPR Ade Komarudin meminta Sekjen DPR Winantuningtyastiti Swasanani tidak membuka Gedung MPR/DPR bagi para pendemo.

Demonstran 4 November 2016 itu mendatangi Gedung MPR/DPR usai berunjuk rasa di Istana Negara.

"Ya saya minta kepada Sekjen‎ bahwa ini fasilitas negara. Ini tempat bekerja para wakil rakyat untuk kepentingan negara. Kan kita harus sesuai fungsi, ini kan bukan rumah untuk penginapan," kata Ade Komarudin di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (8/11/2016).

Ade Komarudin mengatakan hal itu terkait dengan kepentingan negara. Pria yang akrab disapa Akom itu tekah mendapatkan laporan dari Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian dan Wakapolri Komjen (Pol) Syafruddin.

Dimana, aparat tak mengizinkan pendemo memasuki Gedung DPR/MPR. Akom lalu menyampaikan laporan tersebut kepada Sekjen DPR.

"Mereka tidak mengizinkan, karena mereka sudah selesai negosiasi dengan para demonstran, katanya cuma sampai jam 18.00 WIB dan itu sudah tuntas negosiasinya," kata Akom.

Akom berpesan kepada Sekjen DPR agar berkoordinasi dengan Kapolda Metro Jaya Irjen (Pol) Muhammad Iriawan.

Berita Rekomendasi

Ia mengingatkan Indonesia merupakan negara hukum.

"Sesuai dengan fungsinya, ini kan pakai duit rakyat, jangan juga dikotori‎ oleh rakyat gitu. Dan saya jamin kalau terjadi di sini, juga bisa kotor. Kan kita sudah pengalaman dulu, demokrasi itu tidak identik dengan ketidakteraturan, dengan kekotoran. Demokrasi itu justru keteraturan," ungkapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas