MN KAHMI Nilai Safari Jokowi Usai Aksi 4 November Menimbulkan Multitafsir
Menurut MS Kaban, jika Jokowi mau menyelesaikan permasalahan 4 November, seharusnya dilakukan pada saat aksi masih berlangsung.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI) MS Kaban menilai silaturahim yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo ke sejumlah institusi dan organisasi sudah terlambat.
Ia mengatakan silaturahim tersebut wajar saja dilakukan oleh seorang presiden, namun bila kunjungan itu terkait Aksi Bela Islam II pada 4 November lalu, hal tersebut sangat disayangkan.
"Kalau persoalan silaturahim itu sah saja, tapi kalau itu dilakukan untuk mengantisipasi pasca 4 November, itu terlambat, walaupun tak ada istilah 4 November," ujar MS Kaban saat ditemui usai konferensi pers di Kantor MN KAHMI, Jalan Turi, Kebayorang Baru, Jakarta Selatan, Senin (14/11/2016).
Menurut MS Kaban, jika Jokowi mau menyelesaikan permasalahan 4 November, seharusnya dilakukan pada saat aksi masih berlangsung.
Ia menegaskan, seharusnya jokowi sebagai presiden bisa bersikap tegas.
Ketegasan Jokowi mungkin saja bisa meredam hal-hal yang terjadi, baik pada aksi 4 November maupun pasca terjadinya aksi tersebut.
"Padahal momentumnya paling cantik ya pas 4/11, kalau saja saat itu dia menyikapi dengan sikap tegas, suasana akan lain," tegas MS Kaban.
Ia menyayangkan sikap Jokowi yang melakukan safari pasca terjadinya aksi.
"Setelah berkunjung itu, malah menimbulkan multi persepsi dan kalimat multi tafsir," katanya.
Lebih lanjut, MS Kaban yang merasa dikecewakan pun menyarankan agar sang kepala negara fokus pada isu penting pemicu Aksi Bela Islam II, yakni penistaan agama.
"Ya fokus saja pada kasus penistaan agama," tandas MS Kaban.
Sebelumnya, presiden Joko Widodo melakukan safari politik ke sejumlah institusi, organisasi islam, hingga partai politik.
Safari yang dilakukan oleh Jokowi disinyalir untuk mengantisipasi aksi yang akan muncul pasca demo besar-besaran pada 4 November lalu.
Perlu diketahui, aksi demo tersebut dilakukan di sejumlah objek vital di Jakarta.
Aksi pun berakhir ricuh di depan Istana Negara dan berbuntut panjang lantaran adanya penangkapan sejumlah kader HMI yang diduga menjadi provokator dalam aksi yang awalnya berjalan damai tersebut.
Selain itu, terdapat pula aksi penyerangan dan penjarahan di Jakarta Utara yang dilakukan oleh sejumlah warga sekitar, menyusul kericuhan yang terjadi di depan istana negara.
Demo besar-besaran 'Aksi Bela Islam II' itu awalnya dipicu dari dugaan adanya penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Ahok dituding menghina Surat Al-Maidah ayat 51 dalam kunjungannya ke Kepulauan Seribu.
Kasus penistaan agama yang ditudingkan pada Gubernur kontroversial itu pun saat ini tengah ditangani oleh Bareskrim Polri.