TB Hasanuddin Duga Pelaku Kelompok yang Ingin Datangkan Senjata dari Filipina
Badan Intelijen Negara harus menelusuri jaringan terorisme yang terus mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Badan Intelijen Negara harus menelusuri jaringan terorisme yang terus mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal ini ditegaskan oleh Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin terkait pelemparan bom molotov di Gereja Oikumene, Kelurahan Sengkotek, Samarinda Seberang, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Minggu (13/11/2016) kemarin.
Satu dari tiga pelaku yang tertangkap pihak kepolisian, bisa menjadi pintu masuk untuk membongkar elemen gerakan radikal.
Sementara satu korban atas nama Intan Olivia (2) meninggal dunia sekitar pukul 03.45 Wita, Senin (14/11/2016) dini hari, setelah sempat menjalani perawatan di RSUD AW Syahranie.
Luka bakar yang cukup parah, membuat bocah malang tersebut tak tertolong.
Hasanuddin menegaskan, meski pola teror yang dilakukan pelaku penyerangan Gereja Oikumene di Samarinda masih menggunakan cara konvensional, tetap saja hal itu harus disikapi secara serius.
Terlebih lagi, lanjut Hasanuddin, pelaku yang tertangkap merupakan mantan napi kasus terorisme.
"Caranya memang konvensional. Bom molotov itu mudah sekali buatnya. Tapi, bila melihat rekam jejak pelaku yang tertangkap, ini yang mesti disikapi secara serius. Pelaku ini kan mantan napi bom Puspitek Serpong, kelompok Pepy Vernando," ujar mantan Sekretaris Militer ini, Senin (14/11/2016).
Ia menegaskan, pelaku pelempar bom molotov itu ditengarai juga pernah bergabung dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Kaltim dan mempunyai jaringan dengan kelompok Anshori di Jawa Timur.
Yang kabarnya, lanjut Hasanuddin, akan membeli dan mendatangkan senjata api dari Filipina.
"Ketika ditahan pihak kepolisian, rekam jejak pelaku terungkap bahwa si pelaku pernah gabung di kelompok JAD," tutur Hasanuddin.
Untuk itu, Hasanuddin mengimbau agar semua data intelijen dari semua elemen intel, dikompilasikan secara komprehensif. Agar menghasilkan kesimpulan intelejen yang akurat.
"Data akurat itulah dapat digunakan untuk melakukan pemberantasan teroris di lapangan. Tanpa data akurat kita akan kecolongan," pungkas Tubagus Hasanuddin.
Dari informasi terkini, korban lainnya dalam peristiwa tersebut, dirawat di rumah sakit yang sama. Korban bernama Triniti Hutahaya (4) masih menjalani perawatan intensif di ruang PICU.
"Semua korban yang dilarikan ke sini (RSUD AW Syahranie) mengalami luka bakar, satu korban meninggal dan satu lagi masih menjalani perawatan," kata Humas RSUD AW Syahranie, dr Febian Satrio.
Sementara itu, korban lainnya atas nama Alvaro Aurelius (4) dan Anita Kristobel (2), juga masih menjalani perawatan di RSUD IA Moise, yang juga mengalami luka bakar.