"Kalau Tidak Puas Pada Pemerintah, Jangan Lakukan Kudeta karena Akan Jadi Kebiasaan"
"Kalau kita belajar dari catatan sejarah kita di masa lalu, asing selalu ingin kita Indonesia ini kacau."
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Masih tentang perbincangan hangat dengan presenter Rosiana Silalahi di program Rosi di Kompas TV Senin (28/11/2016) malam ini, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengingatkan, bangsa asing selalu menginginkan Indonesia kacau.
Karena itu, terhadap politisi yang tidak bisa menahan syahwat politiknya, dia meminta agar menghindari cara-cara kotor dalam merebut kekuasaan politik.
"Kalau kita belajar dari catatan sejarah kita di masa lalu, asing selalu ingin kita Indonesia ini kacau. Saya selalu berpesan kepada para pemimpin dan ustadz agar hati-hati. Banyak pihak ingin kita hancur," ujarnya.
Baca: Ditanya Presenter Kompas TV, Siap Maju di Pilpres 2019? Ini Jawaban Prabowo
"Tanpa diminta pun saya mengajak semua pihak menghindari segala keungkinan cara kekerasan. Itu yang saya ajarkan di Gerindra. Saya mantan prajurit. Saya mengerti perang. Saya paham tempur. Saya bukan jenderal di belakang meja. Karena itu segala bentuk perang dan kekerasan harus kita hindari. Kalau terjadi perang kita tidak tahu akhirnya bagaimana," ungkapnya.
Dia juga mengingatkan, jangan sampai ada aksi kudeta terhadap pemerintahan yang sah, meski tidak puas terhadap kinerjanya.
"Kalau kita sudah biasa menurunkan pemimpin yang terpilih melalui electroal, itu akan jadi kebiasaan. Biayanya mahal," kata Prabowo.
Baca: Prabowo: Indonesia Punya Keistimewaan, Jangan Sakiti Ras Lain, Jangan Sakiti Agama Lain
"Negara kita umurnya kan sudah 71 tahun. Untuk sebuah negara bangsa, itu bukan sesuatu yang lama. Ada peradaban yang berumur ratusan tahun, kita baru 71 tahun. Itu yang saya berusaha perankan sebagai pemimpin partai saya mengajak kita jangan egois. Kita harus melihat kepentingan yang lebih besar.," imbuhnya.
"Kita harus memandang semua pihak di dunia politik sebagai sahabat, sebagai keluarga. Ini yang berat karena di Indonesia ini yang sulit," lanjut Prabowo.