Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Densus 88 Tangkap 4 Orang di Bekasi dan Solo Diduga Terkait Kelompok JAKDN

Aman Abdurrahaman yang sudah menjadi penghuni Lapas Nusakambangan juga disebutkan terlibat dengan Bom Thamrin.

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Densus 88 Tangkap 4 Orang di Bekasi dan Solo Diduga Terkait Kelompok JAKDN
SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
Tim Densus 88. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Empat orang terduga teroris yang ditangkap Densus 88 Polri di Bekas dan Solo dengan barang bukti bom panci berdaya ledak tinggi diduga terkait jaringan kelompok Jamaah Anshar Khilafah Daulah Nusantara (JAKDN) yang terafiliasi dengan Bahrun Naim.

"Demikian informasinya. Tapi, petugas masih mendalami kelompok ini," kata Kabag Mitra Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Kombes Pol Awi Setiyono, saat dihubungi, Sabtu (10/12/2016).

Dugaan keterkaitan keempat orang tersebut terkait JAKDN lantaran jenis dan karakter bom yang ditemukan dari lokasi penangkapan, yakni dengan kemasan rice cooker.

Baca: Berikut Kronologis Penangkapan Tiga Terduga Teroris di Bekasi

Baca: Ini Ciri-ciri Perempuan Terduga Teroris yang Ditangkap Densus 88 di Bekasi

Baca: Rencananya, Perempuan yang Ditangkap Densus 88 Akan Meledakkan Diri di Istana Negara

Desember 2015 lalu, Densus 88 Polri sudah menangkap pimpinan JAKDN untuk Bekasi, Abu Musaf dan rekannya yang merupakan warga suku Uighur, Ali.

Keduanya ditangkap atas sangkaan terlibat bom bunuh diri di Mapolresta Solo, Jawa Tengah.

JAKDN sendiri terdiri dari beberapa kelompok. Di antaranya Mujahidin Indonesia Timur, Jemaah Islamiyah, Jamaah Anshorut Tauhid dan tim Hisbah Solo.

Awi belum bisa memastikan apakah empat orang yang ditangkap di Bekasi dan Solo kali ini terkait dengan tiga kelompok terduga teroris yang ditangkap kepolisian sepanjang November 2016 kemarin.

BERITA TERKAIT

"Semua masih didalami," tukasnya.

Diketahui, sebelumnya Mabes Polri merilis penangkapan tiga kelompok terduga teroris yang dilakukan sepanjang November 2016.

Pertama, kelompok Majalengka pimpinan Rio Hendra Priatna (RPW) yang terafiliasi dengan Bahrun Naim, menyiapkan bom berdaya ledak tinggi dengan sasaran beberapa objek vital pemerintah.

Di antaranya Gedung DPR/MPR, Mako Brimob Kelapa Dua Depok, kantor kedutaan besar, tempat ibadah, kafe hingga stasiun televisi.

Kelompok Rio merupakan sel Jamaah Anshar Daulah (JAD) yang berbaiat kepada ISIS.

Bahrun Naim merupakan pimpinan ISIS untuk kawasan Asia Tenggara dan sempat terlibat bom di Jalan MH Tharim Jakarta pada 14 Januari 2016.

Kedua, kelompok JAD pimpinan Joko Sugito yang melakukan pengeboman di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, pada Minggu, 13 November 2016. Joko sempat mendapatkan instruksi melakukan amaliyah dari Amman Abdurrahman saat deklarasi JAD di Batu, Malang pada 2015.

Aman Abdurrahaman yang sudah menjadi penghuni Lapas Nusakambangan juga disebutkan terlibat dengan Bom Thamrin.

Ketiga, kelompok penyusup aksi unjuk rasa jutaan umat muslim pada 4 November 2016 atau 411, pimpinan Abu Nusaibah.

Abu Nusaibah dengan sembilan pengikutnya diduga berencana makar untuk mendirikan negara Islam dengan cara memprovokasi massa, merebut senjata petugas hingga membuat kerusuhan di depan Istana Negara, Penjaringan dan DPR.

Kelompok Abu Nusaibah juga telah terafiliasi dengan jaringan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS; cikal bakal Islamic State atau IS).

Target utama pergerakan kelompok ini, yakni mewujudkan negara Daulah Islam sebagaimana tujuan kelompok ISIS.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas