Jaringan Teror Nur Solihin Terungkap Karena Adanya Pembelian Paku 3 kg
Setelah menerima ransel, selanjutnya Nur Solihin bersama Agus Supriyadi melakukan perjalanan ke Jakarta menggunakan mobil sewaan.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar mengungkap awal mula dimulainya penyelidikan jaringan teroris Nur Solihin yang berencana melakukan aksi bom bunuh diri di Istana Negara pada Minggu (11/12/2016).
"Laporan Intelijen Densus 88 menemukan adanya aktivitas tidak wajar dari Nur solihin pada 7 Desember 2016, yang membeli paku 5 cm sebanyak 3 kg, padahal dia tidak mempunyai aktivitas pembangunan," kata Boy Rafli Amar, Kamis (15/12/2016) di Mabes Polri.
Selanjutnya dilakukan penyelidikan dimana pada 9 Desember 2016, Nur Solihin menerima barang berupa tas ransel dari terduga teroris Suyatno alias Abu Iza yang ditangkap Sabtu (11/12/2016) di Karanganyar, Solo, Jawa Tengah.
Setelah menerima ransel, selanjutnya Nur Solihin bersama Agus Supriyadi melakukan perjalanan ke Jakarta menggunakan mobil sewaan.
Sesampainya di Jakarta, keduanya lalu menjemput calon pengantin, Dian Yulia Novi yang sudah membawa kardus.
Ketiganya lalu menuju kantor pos di sekitar Pondok Kopi, Jakarta Timur. Dian Yulia Novi mengirimkan paket kardus ke orang tuanya.
"Sesudah mengirim paket, Nur Solihin dan Agus Supriyadi mengantar Dian Yulia Novi ke kos-kosan di Jalan Bintara Jaya 8 RT 04 RW 09, Bintara, Kota Bekasi," imbuh Boy Rafli Amar.
Anggota Densus langsung melakukan pengecekan isi paket kardus milik Dian Yulia Novi ternyata berisi surat wasit.
"Karena diduga ransel yang dibawa Dian Yulia Novi adalah bom, akhirnya dilakukan penegakkan hukum dalam rangka pencegahan pada Sabtu hingga Minggu, 10 dan 11 Desember 2016 di Bintara, Matesih Karanganyar, Ngawi, Laweyan Surakarta, dan Klaten," tambah Boy Rafli Amar.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.