Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sempat Menantang Lewat Kicauan, Akhirnya 'Doa' Akun @estiningsihdwi Benar-benar Terjawab

Akun jejaring sosial Twitter @estiningsihdwi menjadi sorotan publik lantaran kicauan soal 'pahlawan kafir'.

Editor: Rendy Sadikin
zoom-in Sempat Menantang Lewat Kicauan, Akhirnya 'Doa' Akun @estiningsihdwi Benar-benar Terjawab
Twitter/@estiningsihdwi

TRIBUNNEWS.COM - Akun jejaring sosial Twitter @estiningsihdwi menjadi sorotan publik lantaran kicauan soal 'pahlawan kafir'.

Sang pemilik akun, Dwi Estiningsih, dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh Forum Komunikasi Anak Pejuang Republik Indonesia (Forkapri) karena kicauannya diduga mengandung kebencian yang terkait suku, agama, ras, dan antar-golongan (SARA), Rabu (21/12/2016).

Sebelum dilaporkan, akun @estiningsihdwi sejatinya sempat menantang untuk dilaporkan melalui kicauannya di linimasa Twitter.

Dalam cuitannya, akun @estiningsihdwi mengaku heran kenapa tidak pernah dituntut secara resmi padahal dituding sebagai tukang fitnah.

Baca: Reaksi Pedas Netizen Tanggapi Pembelaan Dwi Estiningsih Soal Hinaannya ke Pahlawan

"Kami selalu (pura-pura) heran, kenapa tidak pernah dituntut secara resmi. Padahal katanya tukang FITNAH," cuit akun @estiningsihdwi.

Lalu di cuit selanjutnya, @estiningsihdwi mengatakan, "Bayangkan saja... Misalnya: 'Fitnah' Jilbab BUMN, 'Fitnah' Palu Arit BI. dll."

Bahkan, akun @estiningsihdwi menantang dan berdoa agar dirinya dijebloskan ke penjara,

Berita Rekomendasi

"Perusahaan-perusahaan besar dengan kemampuan hukum dan finansial yg luar biasa. Mudah saja masukkan emak-emak anak 4 ini ke bui," kicau akun @estiningsihdwi.

"Ya... Karena "fitnah-fitnah" itu sudah kami check, re-check, crosscheck. Konsultasi ke pihak terkait sudah, bukti ada, argumentasi ada, dll," cuit @estiningsihdwi.

Sebagai penutup, akun @estiningsihdwi berkicau, "Silakan datang, kita ramaikan."

Reaksi keras netizen

Netizen bereaksi keras menanggapi respon pemilik akun Twitter @estiningsihdwi, Dwi Estiningsih, terkait kicauannya soal 'pahlawan kafir'.

Reaksi netizen datang bertubi-tubi menanggapi berita milik TRIBUNNEWSBOGOR.com berjudul 'Dianggap Menghina Pahlawan, Begini Pembelaan Dwi Estiningsih Soal Cuitan Kafir di Uang Rupiah'.

Seperti pendapat dari pengguna Facebook bernama Desi Puspitasari Bunda Indah yang mengatakan seharusnya Dwi tidak perlu menyebut pahlawan kafir, dan mempertimbangkan perasaan keluarga pahlawan tersebut.

"Tp gak perlu nyebut pahlawan kafir juga kali, coba bayangkan perasaan keluarga pahlawan itu. Mereka pasti jg tau koq kalau non muslim itu pasti di sebut kafir. Kita boleh tidak suka dengan orang lain, tp harus bersikap adil pada mereka. Kalau tidak, betapa kerdilnya kita," tulis Desi di kolom komentar berita tersebut.

Baca: Tjut Meutia Diprotes Tidak Pakai Jilbab, Ini Penjelasan Keluarga

Pun demikian dengan netizen bernama Gobalgabul yang menyarankan Dwi menggunakan istilah lain yang lebih santun dan pantas didengar/dibaca ketimbang kata 'kafir'.

"Klo kita sesama muslim paham apa itu 'KAFIR' ....tapi saudara kita yg lain mengartikannya lain bahkan mungkin menyinggung perasaannya. Sebagai seorang yang berpendidikan tinggi.... pengajar di perguruan tinggi lagi.... mungkin punya istilah atau sebutan lain yang lebih santun dan pantas didengar/baca," tulis Gobalgabul.

Netizen bernama Ani Novita juga mengatakan bahwa yang dikatakan Dwi tersebut adalah bentuk hinaan yang tidak pantas dicuitkan oleh seorang pendidik atau pengajar.

"Ibu guru yg tidak terhormat, anak sd juga tahu omongan ibu itu bersifat menghina, sebagai seorang pengajar dan pendidik kenapa gk sebaiknya pakai kata yg lebih halus daripada ngomong kafir mendingan bilang aja non muslim terdengar lebih baik," tulis Ani.

Adapun Dwi dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh Forum Komunikasi Anak Pejuang Republik Indonesia (Forkapri) karena kicauannya diduga mengandung kebencian yang terkait suku, agama, ras, dan antar-golongan (SARA), Rabu (21/12/2016).

Ketika ditemui di rumahnya, Rabu sore, Dwi mengaku baru mendengar kabar tentang laporan itu dari orang lain. Dia juga belum menerima surat resmi pemanggilan.

"Belum ada (belum menyiapkan kuasa hukum). Saya juga baru dengar dari orang lain, panggilan dan surat resmi juga belum ada," ucap Dwi.

Sambil menggendong putranya yang baru berusia 1 bulan, Dwi menyampaikan bahwa dia hidup di tengah keragaman sehingga mengerti tentang toleransi.

Dia mengaku memiliki anggota keluarga non-Muslim.

"Kalau soal toleransi jangan ajari saya. Di sini itu semuanya Pancasilais. Keluarga saya, Budhe, Pakdhe, non-Muslim biasa. Keluarga Ibu saya Chinesse, keluarga suami saya juga seperti itu. Jadi batas-batas toleransi itu (saya) paham betul," ucapnya.

Mengenai kicauannya di akun Twitter, Dwi menuturkan bahwa mayoritas pahlawan yang tergambar di uang baru RI itu beragama Islam, namun menurut dia, gambarnya tidak menunjukkan jati diri Muslim.

Perempuan yang berprofesi sebagai dosen ini menilai pemakaian gambar pahlawan harus sesuai dengan realita.

"Jadi kita tidak merasa memiliki, padahal setiap hari uang itu kita pegang. Asas keadilan itu lho, kalau mau toleransi jangan kemudian tebang pilih," tuturnya.

"Itu masalah bagi saya, kadang orang tidak melihat itu sebagai masalah, tetapi itu masalah," imbuhnya kemudian.

Oleh karena itu, dia mempertanyakan laporan ke polisi untuk dirinya. Seharusnya bukan dirinya yang dilihat sebagai masalah.

"Mendidik di dunia sosmed itu ya seperti itu, menempatkan masalah itu pada tempatnya, yang masalah itu masalah, yang bukan masalah itu bukan masalah, jangan dibalik. Sebenarnya itu, apapun yang saya tulis itu intinya," katanya.

Dwi menegaskan, juga tidak akan menghapus kicauannya di akun Twitternya karena menurut dia, dia juga tidak akan menghapus komentar atau bahkan memblokir pemilik akun lain yang merisaknya di jagat maya.

"Ini komitmen saya sendiri. Saya tidak pernah menghapus tweet, saya tidak pernah menghapus komen orang, dan saya tidak pernah nge-block," tegasnya.

Dia mengaku tidak melihatnya sebagai risakan, tetapi wujud dari sebuah perhatian. Dia juga meminta maaf tidak bisa membaca semua komen dan menanggapinya.

"Bully itu pun itu wujud bentuk perhatian, Misalpun mereka meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan biaya untuk mem-bully saya. Saya hargai, cuman tidak semuanya saya tanggapi," pungkasnya. 

Sumber: TribunWow.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas