Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jokowi Tertawa Tanggapi Soal Fenomena Om Telolet Om

Presiden Joko Widodo ikut berkomentar soal fenomena "om telolet om". Tawanya pun terdengar saat memberikan komentar.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Jokowi Tertawa Tanggapi Soal Fenomena Om Telolet Om
KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG
Presiden Joko Widodo saat membagikan buah di acara Fruit Indonesia 2016 di Lapangan Parkir Timur Senayan Jakarta, Kamis (16/11/2016). 

TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG - Presiden Joko Widodo ikut berkomentar soal fenomena "om telolet om".

Celoteh soal "om telolet om" berawal dari fenomena masyarakat yang meminta sopir bus untuk membunyikan klakson bernada "telolet".

Awalnya Jokowi tertawa saat ditanya mengenai fenomena yang tengah ramai menjadi perbincangan di masyarakat dan media sosial tersebut.

Menurut dia, mendunianya "om telolet om" ini adalah kekuatan dan potensi dari media sosial.

"Itu adalah sebuah kesenangan dari rakyat untuk memperoleh sebuah hiburan, hobi," kata Jokowi seusai menghadiri Deklarasi Pemagangan Nasional Menuju Indonesia Kompeten di Karawang, Jawa Barat, Jumat (23/12/2016).

Namun, Jokowi berpesan agar jangan sampai fenomena ini membahayakan keselamatan.

Oleh karena itu, masyarakat yang meminta bunyi klakson hingga sopir bus harus mengetahui batasan-batasannya.

Berita Rekomendasi

Hal ini disampaikan Jokowi saat ditanya mengenai Kementerian Perhubungan yang melarang sopir bus memainkan klakson telolet.

"Pasti ada batasnya dong. Masa bus baru berjalan tiba-tiba dicegat di tengah jalan," ujar Jokowi.

Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai Fenomena `om telolet om' yang tengah mendunia, tak bakal bertahan lama.

Wapres membandingkan fenomena tersebut dengan permainan berburu hewan virtual, Pokemon Go.

"Sama dengan Pokemon contohnya, sekarang masih ada Pokemon enggak? Nggak ada lagi kan," kata Kalla di Kantor Wapres.

Menurut Wapres, banyak fenomena masyarakat sederhana yang menjadi perhatian masyarakat global. Namun, fenomena tersebut biasanya tidak bertahan lama.

"Paling sebulan selesai. Fenomena-fenomena seperti itu top sementara ingin terkenal, anak-anak ingin masuk tv juga karena aneh gitu kan," ujarnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas