Cuaca 2017 Diprediksi Lebih Stabil, BNPB Sebut Ancaman Banjir, Longsor, dan Puting Beliung Berkurang
"Diprediksikan curah hujan normal, bahkan di beberapa tempat kondisinya di bawah normal sehingga ancaman banjir, longsor dan puting beliung berkurang"
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNEWS.COM, JAKARTA - Tahun 2017 diprediksi bencana hidrometerorolgi seperti banjir, longsor dan angin puting beliung, tetap akan mendominasi bencana di tanah air, walaupun jumlahnya tidak sebanyak 2016.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nughroho menyebut cuaca tahun 2017 relatif lebih stabil dibanding tahun 2016.
Hal tersebut dikarenakan tidak ada fenomena seperti La Nina yang membuat curah hujan semakin tinggi maupun El Nino yang membuat cuurah hujan rendah.
"Diprediksikan curah hujan normal, bahkan di beberapa tempat kondisinya di bawah normal sehingga ancaman banjir, longsor dan puting beliung akan berkurang," katanya.
Cuaca yang stabil itu juga berdampak pada kebakaran hutan dan lahan (Kahutla) yang beberapa tahun terakhir terus berusaha dibenahi pemerintah.
Sutopo Purwo Nugroho mengatakan kahutla masih akan terjadi di wilayah-wilayah langganan seperti Sumatera Selatan, Jambi dan Riau, dan sejumlah wilayah Kalimantan.
Meskipun begitu intensitas kebakaran hutan dan lahan diprediksi tidak besar.
"Kebiasaan masyarakat dan oknum yang membakar untuk pembukaan lahan masih sulit dicegah secara mutlak. Pemerintah akan meningkatkan pencegahan dan kesiapsiagaan mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan," katanya.
Terkait gempa bumi yang selama 2016 tercatat telah terjadi sebanyak 460 kali setiap bulannya, hal tersebut tidak bisa diprediksi.
Untuk gunung berapi yang jumlahnya mencapai 127 di Indonesia, hal itu juga sepenuhnya tidak bisa diprediksi, walaupun para ahli sudah bisa memperkirakan kapan suatu gunung akan meletus setelah terjadi gejala.
"Erupsi gunung api tidak dapat diprediksi untuk jangka panjang. Tiap gunung memiliki karakteristik sendiri," katanya.
Mengacu dari prediksi dan banyaknya masyarakat yang masih hidup di wilayah rawan bencana, Sutopo Purwo Nugroho menyebut masih banyak yang harus dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi datangnya bencana.