Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Australia di Mata Gatot Nurmantyo

Kerjasama militer antara Indonesia-Australia untuk sementara dihentikan, atas keputusan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo

Editor: Sanusi
zoom-in Australia di Mata Gatot Nurmantyo
Tribunnews.com/Wahyu Aji
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kerjasama militer antara Indonesia-Australia untuk sementara dihentikan, atas keputusan Panglima TNI  Jenderal Gatot Nurmantyo. Pasalnya, militer Australia dianggap melecehkan Indonesia.

Hal itu pernah dibeberkan Panglima TNI Gatot Nurmantyo pada pemaparannya di kantor PP Muhammadiyah, pada 26 Desember 2016 lalu.

Dalam pemaparannya itu Gatot Nurmantyo tidak menjelaskan secara detail insiden yang menyinggung dirinya.

Dalam buku berjudul "Berjuang Gotong Royong Mewujudkan Indonesia Sebagai Pemenang" yang merupakan dasar pemaparan Panglima TNI di kantor PP Muhammadiyah, Gatot Nurmantyo menjelaskan posisi Australian terhadap Indonesia.

Ribuan Marinir AS di Darwin

Hal pertama yang dibahas soal Australia di buku tersebut adalah kerelaan Australia itu mengizinkan 1.500 personel Marinir Amerika Serikat (AS) "mangkal" di Darwin. Dalam waktu dekat jumlah marinir AS di Darwin akan ditingkatkan menjadi sekitar 2.500 orang.

Gatot Nurmantyo menduga penempatan personel Marinir AS di Darwin antara lain untuk mengantisipasi konflik Laut Cina Selatan (LCS), yang sejauh ini masih didominasi oleh Tiongkok yang tidak lain adalah rival AS dalam bidang ekonomi dan militer.

Berita Rekomendasi

Namun tidak bisa dipungkiri juga jarak pangkalan Marinir AS itu tidak jauh dari blok Masela, yang kaya akan cadangan energi fosil. Jarak antara Darwin dan Blok Masela adalah sekitar 492 kilometer.

Dalam tuisannya, Gatot Nurmantyo mempertanyakan penempatan ribuan Marinir AS di Darwin, apakah penempatan tersebut untuk menyeimbangi hegemoni Tiongkok di Laut Cina Selatan, atau bagian dari strategi "sekali mendayung dua tiga pulau terlampauai."

FPDA

Indonesia dikelilingi oleh negara peremakmuran Inggris, yakni Malaysia, Singapura, Australia dan Selandia Baru. Harus diingat, bahwa Indonesia punya sejarah buruk dengan sebagian besar negara tersebut.

Indonesia pernah berencana menginvasi Malaysia di era Soekarno, dan pernah mengirimkan pasukannya secara terselubung. Terhadap Singapura, saat negara itu masih menjadi bagian Malaysia, tentara Indonesia pernah melakukan aksi.

Sedangkan Australia, Gatot Nurmantyo menyebutkan intelijen negeri tetangga itu pernah menyadap telepon dari sejumlah pemimpin Indonesia, termasuk diantaranya adalah Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY saat masih menjabat sebagai Presiden RI, dan Jusuf Kalla saat masih menjadi Wakil SBY.

Negara-negara persemakmuran Inggris itu membentuk perkumpulan yang disebut sebagai Five Power Defence Arrangement (FPDA). Panglima TNI menyebut FPDA adalah ancaman nyata.

Celah Timor

Sebelum Timor Timur lepas dari pangkuan ibu pertiwi, Indonesia dan Australian punya kerjasama untuk mengelola ladang minyak dan gas (migas) di celah Timor, yang posisinya ada di garis tengah antara wilayah Indonesia dan Australia.

Kini setelah Timor Timur lepas dari Indonesia, Australia punya kesempatan yang lebih baik untuk mengeksplorasi Celah Timor, karena mereka sudah punya perjanjian yang lebih menguntungkan dengan pemerintahan Timor Leste. Perlu diingat juga bahwa Australia adalah salah satu pihak yang mengusulkan agar Timor Timur lepas dari Indonesia.

Indonesia Masa Depan Dunia

Dalam bukunya tersebut Gatot Nurmantyo menjelaskan bahwa Indonesia yang memiliki segudang sumber daya adalah rebutan dari pihak asing. Selain posisinya yang strategis di antara dua samudera, Indonesia sebagai salah satu negara terbesar di garis khatulistiwa adalah masa depan dari energi nabati dan pangan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas